Tuesday, May 30, 2017

Perempuan Berdarah Batak di AS Roma




Perempuan Berdarah Batak di AS Roma

JIWA BATAK - Radja Nainggolan bukanlah satu-satunya pesepakbola berdarah batak indonesia di AS Roma.Ada lagi Riana Nainggolan yang merupakan saudara kembarnya.

Riana menandatangani kontrak do Olimpico pada musim panas 2014 atau enam bulan setelah Radja bergabung sebagai status sebagai pinjaman.

Tidak seperti Radja yang menuembus team inti l Giallorossi secara reguler,Riana cuma berstatus sebagai pelapis.Dia masih kalah dari Vanessa Nagni,Claudia Palombi,dan Camilla Labate.

Riana cuman diturunkan sebanyak empat kali pada seri A 2015-2016,tetapi mampu menyumbang satu gol.Adapun pada musim lalu,dia mencetak gol dari 16 partai liga.
Meski tidak menjadi pilihan utama di level klub,pemain berusia 27 tahun ini mampu menarik poerhatian tim nasional wanita,Ives Serneels.

"Kami sudah memantau performa Riana sejak lama.Kepindahan ke Roma merupakan tantangan yang dibutuhkan oleh dia," ucap Serneels seperti dilansir Sporza,2015.
Riana pun masuk skuad timnas untuk tiga pertandingan Piala Siprus pada Maret 2015

Pemanggilan Riana sekaligus melahirkan rekor tersendiri.Sebelumnya,tidak ada dua saudara kembar berbeda kelamin menembus tim nasional  Belgia.
Riana turut berterimakasih kepada AS Roma ketika itu.Maklum,Roma merupakan klub luar negri  pertama untuk pemain berusia 27 tahun ini.
"Berkat AS Roma,saya mengalami perkembangan pesat baik dari aspek teknik maupoun taktik," tutur Riana seperti dikutip situs resmi klub.


Peran Orang Tuan Bagi RADJA & RIANA

Riana dan Radja mendapatkan darah batak indonesia dari ayahnya,.Marianus Nainggolan.Namun,meeka sempat terpisah dari Marianus selama belasan tahun.
Baru pada Desember 2017,mereka berkumpul kembali,sang ayah bertolak dari Bali ke Piacenza,domisili Radja ketika itu.
"Kami tinggal di Belgia ketika masih berusia enam tahun.Ada perasaan kosong dan vakum selama belasan tahun,tetapi kembali terisi setelah tiga pekan bersama," ucap Radja kepada Eka Tanjung dari sepakbolanda.com

Bagi Riana dan Radja,orang tuanya memiliki peran penting.Sang ayah kerep mengajak bermain sepak bola sejak mereka berusia empat tahun.Keduanya juga mendapat dorongan dari sang ibu,Lizi Bogaerd,saat ,Marinus tidak ada.
Sayangnya,,,Lizi tidak bisa menyaksikan kesuksesan Riana dan Radja.Dia wafat karena kanker pada tahun 2010.
"Sebelum menghembuskan nafas terakhir,ibu menitipkan agar saya menjaga adik saya dan semua keluarga.Dan saya tidak ingin mengecewakan ibu," tutur Radja.

Friday, May 26, 2017

Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang


Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang



JIWA BATAK-Bangsa Israel kuno terdiri dari 12 suku.Setelah raja Salomo wafat,negara Israel pecah menjadi dua bagian.
Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea.
Bagian utara terdiri dari 10 suku, disebut sebagai Kerajaan Israel.Dalam perjalanan sejarah, 10 suku tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka.
Kerajaan utara Israel tidak lama bertahan sebagaisebuah negara dan hilang dari sejarah.
Konon ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak.Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan.

Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa Romawi.Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh dunia.

Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke negerinya, dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga dengan mereka yang diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka pergi melanjutkan hidup.

Dengan demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian kehilangan identitas mereka sebagai orang Israel.Ada sekelompok penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada umumnya.Perawakan mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun berkulit kuning dan bermata sipit.

Mereka menyembah Allah yang bernama Yahwe.Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang hilang yang telah kawin campur dengan penduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi seperti penduduk asli.Saya percaya banyak diantara para pembaca yang mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang berkulit hitam.Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi.Fisik mereka persis seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam, bibirtebal, rambut keriting, dll.

Mereka mengklaim diri mereka sebagai keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai Israel perantauan.
Setelah memperoleh pengakuan sebagai keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh Pemerintah Israel.Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.

Mereka seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan-perempuan lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia.Kita tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen yang paling tua didunia.Ingat sida-sida yang dibaptis oleh Filipus dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada penganut Yudaisme disana.
Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan memelihara Tabut Perjanjian yang konon ada disana.
Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang

BANGSA BATAK TOBA, KETURUNAN ISRAEL YANG HILANG :

Apakah ada diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan bahwa etnik Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel kuno yang hilang? Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba sendiri banyak yang tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian terhadap hal ini.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi mengembara.Walaupun demikian orang Batak dikenali dengan
sikap dan tindakannya yang khas, yaitu TERBUKA, KERAS dan APA-ADAnya.
Hosea 19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG MURTAD), sebab mereka tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA diantara bangsa-bangsa.

Mengapa di Sumatera, karena Sumatera adalah salah satu pulau di Hindia yang berdekatan dengan India. Sumatera juga merupakan salah satu pulau di Lautan Samudera Hindia.

Baca juga ; Sejarah Suku Batak

Bandingkan Yesaya 11:11: Pada waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk menebus sisa-sisa umatNya (Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di Asyur, dan di Mesir, di Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di Pulau-pulau di Laut.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben, dan diperkuat oleh prof Ihromi,guru besar di UI (Universitas Indonesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan tradisi bangsa Israel kuno.Pendapat itu didasarkan atas alasan yang kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya diluar Alkitab.

Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin bahwa Batak adalah keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk bangsanya, tapi karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat mana mereka bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti orang Melayu.Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Israel dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan data-data untuk pembuktian.
Setelah merasa sudah cukup, dia mengajukannya ke pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM Yitzak Rabin.Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh kriteria.
Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari hingga dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak sebagai orang Israel diperantauan dapat diberi.
Konon kekurangan itu terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam ke perut bumi.

Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan, Pemerintah Israel
bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih lunak dan etnik Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari mereka.
Setelah mendengar selentingan itu, kita semua benar-benar menaruh minat untuk menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat memberi bukti similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah buku yang prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman untuk mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah dan spiritual.

Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:

1). Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga)
Semua orang Tapanuli, terutama laki-laki, dituntut harus mengetahui garis silsilahnya.Demikian pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak mengetahui garis keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap na lilu - tidak tahu asal-usul - yang merupakan cacat kepribadian yang besar.Bangsa Israel kuno juga memandang silsilah sebagai sesuatu yang sangat penting.
Alkitab, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru sangat banyak memuat silsilah, terutama silsilah dari mereka yang menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus Kristus yang ditelusuri dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya (Maria).

Catatan:
MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal) .
Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu.Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

Catatan:
Marga dalam kamus Inggris Hassan Shadily dan John Echols adalah CLAN, yakni Suku, Marga, dan KAUM.
Dalam arti yang lain,
Marga bias berarti Warga, dari bahasa India (Sansekerta, kemungkinannya) .
Jadi, kalau ada orang Batak bermarga Hutabarat, berarti dia berasal dari KAUM HUTABARAT.
Bandingkan dengan KAUM LEWI, KAUM YEHUDAH, KAUM SIMEON dan lain-lain.


TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan sabutuha” (semarga) denganpanggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan panggilan “lae/tulang” .Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakahia harus memanggil “Namboru” (adik perempuan
ayah/bibi), “Amangboru/Makela” ,(suami dari adik ayah/Om), “Bapatua/ Amanganggi/ Amanguda” (abang/adik ayah), “Ito/boto” (kakak/adik) ,


2). Perkawinan yang ber-pariban :

PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.
Ada perkawinan antar sepupu yang diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi tidak sembarang hubungan sepupu.Hubungan sepupu yang diijinkan untuk suami-istri hanya satu bentuk, disebut marpariban.
Cukup report menerangkan hal ini dalam bahasa Indonesia karena bahasa ini tidak cukup kaya mengakomodasi sebutan hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak.Yang menjadi pariban bagi laki-laki ialah boru ni tulang atau anak perempuan dari saudara laki-laki ibu.Sedangkan yang menjadi pariban bagi seorang gadis ialah anak ni namboru atau anak laki-laki dari saudara perempuan bapa.Hanya hubungan sepupu yang seperti itu yang boleh menjadi suami-isteri.Karena suku Batak penganut patriarch yang murni, ini adalahperkawinan ulang dari kedua belah pihak yang sebelumnya sudah terjalin dengan perkawinan.

Mari kita bandingkan dengan Alkitab.
Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya, anak perempuan Laban yaitu Lea dan Rahel.
Laban adalah tulang dari Yakub (Saudara laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini sepanjang yang diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang sekarang memegang tradisi hubungan perkawinan seperti itu.

3). Pola alam semesta :

Orang Batak membagi tiga besar pola alam semesta, yaitu banua ginjang (alam sorgawi), banua tonga (alam dimensi kita), dan banua toru (alam maut).
Bangsa Israel kuno juga membagi alam dengan pola yang sama.

4). Kredibilitas :

Sebelum terkontaminasi dengan racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang Batak, terutama orang tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa atau gajut), ataupun sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada pada dirinya sebagai surat jaminan hutang pada pihak yang mempiutangkan, ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji.
Walaupun nilai ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari dengan merelealisasikan pembayaran hutang ataupun janjinya.
Budaya Israel kuno juga demikian.
Lihat saja Yehuda yang menitipkan tongkat kepada Tamar
sebagai jaminan janji (Kej. 38).

5). Hierarki dalam pertalian semarga :

Dalam budaya Batak, jika seorang perempuan menjadi janda, maka laki-laki yang paling pantas untuk menikahinya ialah dari garis keturunan terdekat dari mendiang suaminya.
Ini dimaksudkan agar keturunan perempuan tsb dari suami yang pertama tetap linear dengan garis keturunan dari suami yang kedua.
Misalnya, seorang janda dari Simanjuntak sepatutnya menikah lagi adik laki -laki mendiang(bandingkan dengan Rut 1:11).

Jika tidak ada adik laki-laki kandung, sebaiknya menikah dengansaudara sepupu pertama dari mendiang yang dalam garis silsilah tergolong adik.Jika tidak ada sepupu pertama, dicari lagi sepupu kedua.
Demikian seterusnya urut-urutannya.Hal semacam ini diringkaskan dalam ungkapan orang Batak : “Mardakka do salohot, marnata do na sumolhot.Marbona do sakkalan, marnampuna do ugasan”.
Dalam tradisi Israel kuno, kita dapat membaca kisah janda Rut danBoas.
Boas masih satu marga dengan mendiang suami Rut, Kilyon.Boas ingin menikahi Rut, tapi ditinjau dari kedekatannya menurut garis silsilah, Boas bukan pihak yang paling berhak.
Oleh sebab itu dia mengumpulkan semua kerabat yang paling dekat dari mendiang suami Rut, dan mengutarakan maksudnya. Dia akan mengurungkan niatnya jika ada salah satu diantara mereka yang mau menggunakan hak adat-nya, mulai dari pihak yang paling dekat hubungan keluarganya hingga yang
paling jauh sebelum tiba pada urutan Boas sendiri.Ya, mardakka do salohot, marnata do na sumolhot.
(Baca kitab Rut).

6). Vulgarisme :

Setiap orang dapat marah.Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda-beda pada tiap-tiap etnik.
Orang Amerika terkenal dengan serapah:son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini.
Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar,dll.
Pada suku Batak makian seperti itu juga ada, tetapi ada satu yangspesifik.Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!”. Terjemahannya kira-kira begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!”.

Robeknya daun atau patahnya ranting dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya.
Orang-orang Israel kuno juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan didalamnya.
Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya serapah Daud pada Nabal.
(1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).

7). Nuh dan bukit Ararat :

Ada beberapa etnik didunia ini yang mempunyai kisah banjir besar yang mirip dengan air bah dijaman Nuh.
Tiap etnik berbeda alur ceritanya tetapi polanya serupa. Etnik Tapanuli juga punya kisah tentang air bah, tentu saja formatnya berbeda dengan kisah Alkitab.
Apabila orang-orang yang sudah uzur ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan menceritakan mitos turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang Batak diyakini mapultak sian bulu di puncak bukitPusuk Buhit.

Pusuk Buhit adalah sebuah gunung tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara, dipinggiran danau Toba.
Pusuk Buhit sendiri artinya adalah puncak gunung.Pusuk Buhit tidak ditumbuhi pohon, jelasnya tidak ada
bambu disana.Yang ada hanya tumbuhan perdu, ilalang, dan rumput gunung.Bambu – dari mana kakek moyang keluar – menurut nalar mendarat di puncak gunung itu dan mereka keluar dari dalamnya
setelah bambunya meledak hancur.Mengapa ada bambu pada puncak Pusuk Buhit yang tandus dan terjal? Tentu saja karena genangan air yang mengapungkannya, yang tak lain adalah banjir besar.Dapat dipahami mengapa jalan cerita menjadi seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk bangsanya, narasi jadi berbeda.Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk perahu bambu berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit Ararat berubah menjadi Pusuk Buhit.

8). Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang) :

Jika Pemerintah mengubah fungsi lahan pekuburan, wajar jika tulang-belulang para almarhum/ah dipindahkan oleh pihak keluarga yang terkait.Alasan ini sangat praktis.

Bagi orang Tapanuli, penggalian tulang belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis silsilah dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum hingga sekarang. Sering alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka walaupun biayanya sangat mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar.
Pada bangsa Israel kuno hal semacam adalah kebiasaan umum. Sejarah sekuler menuturkan bahwa tulang belulang Yusuf dibawa dari Mesir ketika bangsa ini keluar dari sana.Juga dalam kitab lain dalam Perjanjian Lama, sekelompok masyarakat berniat memindahkan tulang belulang dari satu pekuburan (walaupun kemudian dihalangi oleh seorang nabi).

9). Peratap/Ratapan :

Adalah wajar bagi jika satu keluarga menangis disekeliling anggota keluarga / kerabat yang meninggal dan terbujur kaku.Mereka menangisi si mati, dan seseorang meratapinya.Meratap berbeda dengan menangis.Meratap dalam bahasa Tapanuli disebut mangandung.Mangandung ialah menangis sambil melantunkan bait-bait syairkematian dan syair kesedihan hati.Karena sepenuhnya terikat dengan komponen syair-sayir maka mangandung ad 676 alah satu bentuk seni yang menuntut keahlian.Untuk memperoleh kepiawaian harus belajar.Bahasa yang digunakan sangat klasik, bukan bahasa sehari-hari. Setiap orang-tua yang pintar mangandung akan mendapat pujian dan sering diharapkan kehadirannya pada setiap ada kematian.Di desa-desa, terutama di daerah leluhur - Tapanuli - tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat. Masyarakat mendukung hal seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama tangisan sangat menyentuh kalbu.Tak jarang pihak keluarga dari si mati memberi pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar,sekedar menunjukkan rasa terima kasih.

Peratap-peratap dari luar ini sebenarnya tidak menangisi kepergian si mati yang tidak dikenalnya itu.
Alasannya untuk turut meratap adalah semata-mata mengeluarkan kesedihan akibat kematian keluarga dekatnya sendiri pada waktu yang lalu, dan juga yang lebih spesifik yaitu mengekspresikan seni mangandung itu.

Ini sangat jelas dari ungkapan pertama sebelum melanjutkan andung-andungnya :,,Da disungguli ho ma sidangolonhi tu sibokka nahinan”Sibokka nahinan adalah anggota keluarga sipangandung yang sudahmeninggal sebelumnya.Selanjutnya dia akan lebih banyak berkisah tentang mendiang familinya itu.

Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal, sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung.
Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata ratapan, meratap, peratap.
Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja Salomo, dalam praktek Israel
kuno adalah syair-syair yang dilantunkan sambil mangandung, kendati bukan pada acara kematian.

10). Hierarki pada tubuh :

Dalam budaya Batak, kepala adalah anggota tubuh yang paling tinggi martabatnya.
Menyentuh kepala seseorang dengan tidak disertai permintaan maaf yang sungguh-sungguh, bisa berakibat parah.Sebaliknya anggota tubuh yang paling rendah derajatnya ialah telapak kaki.
Suatu penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini”, sambil mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru.
Penghinaan seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah memuncak dan sudah siap berkelahi.Pada zaman dulu, dalam setiap pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk bersila.Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.

11). Tangan kanan dan sisi kanan :

Dalam budaya Tapanuli, sisi kanan dan tangan kanan berbeda tingkat kehormatannya dengan sisi kiri dan tangan kiri.Jangan sekali-kali berinteraksi dengan orang lain melalui tangan kiri jika tidak karena terpaksa.
Itupun harus disertai ucapan maaf.Dalam Alkitab banyak tercatat aktivitas sisi `kanan’ yang melambangkan penghormatan atau kehormatan.

Yusuf sang perdana menteri Mesir memprotes ayahnya Yakub yang menyilangkan tangannya ketika memberkati Manasye dan Efraim (baca Kejadian 48). Rasul Paulus dalam salah satu suratnya menyiratkan
hierarki anggota tubuh ini.Juga baca Pengkhotbah 10:2, Mzm 16:8,Mat 25:33, 26:64 Mrk 14:62, Kis 7:55-56, 1Pet 3:22, dll.

12). Anak sulung :

Dalam hierarki keluarga, posisi tertinggi diantara seluruh keturunan bapak/ibu ialah anak sulung.
Ia selalu dikedepankan dalam memecahkan berbagai masalah, juga sebagai panutan bagi semua adik-adiknya.Jika ayah (sudah) meninggal, maka anak sulung yang sudah dewasa akan mengganti posisi sang ayah dalam hal tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga seperti yang diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu martindi-tindi, alai sada do sitaon na dokdok.Sitaon na dokdok itu adalah si anak sulung.Tanggung jawab itulah yang membuat dia besar, memberi karisma dan wibawa.Karisma dan wibawa, itulah profil yang melekat pada anak sulung.

Alkitab ditulis dengan bahasa manusia, bangsa Israel kuno. Deskripsi tentang anak sulung pada bangsa ini sama seperti yang ada pada suku Batak yang sekarang, sehingga the term of the firstborn (istilah anak sulung) banyak terdapat dalam kitab tersebut.
(baca Kel 4:22, 34:20, 13:12 dan 15, Im 27:26, Bil 3:13, 8:17, Mzm 89:28, Yer 31:9, Hos 9:20, Rom 8:23, Luk 2:27, 11:16, 1Kor 15:20 dan 23, Kol 1:15 dan 18, Ibr 1:6, Yak 1:18, dll).

13). Gender :

Hingga sekarang posisi perempuan dalam hubungan dengan pencatatan silsilah selamanya tidak disertakan karena perempuan dianggap milik orang lain, menjadi paniaran ni marga yang berbeda.
Hal yang sama terjadi pada bangsa Israel kuno ; bangsa ini tidak memasukkan anak perempuan dalam silsilah keluarga.
Ada banyak silsilah dalam Alkitab, tetapi nama perempuan tidak terdapat didalamnya kecuali jika muncul sebagai yang sangat penting seperti Rut dan Maria (ibu Yesus).Kalaupun nama Dina disebut juga dalam Alkitab, itu bukan karena posisinya yang penting tetapi hanya sebagai pelengkap nama-nama keturunan Yakub yang kemudian menurunkan seluruh bangsa Israel.Dalam Tradisi Israel, anak perempuan tidak dihitung sebagai bangsa, tetapi anak laki-laki.

13). Kemenyan BATAK TOBA :

Ada cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara.
Salah satu persembahan yang dibawa tiga majuz atau cendekiawan dari timur untuk bayi Yesus yang baru dilahirkan di
Betlehem itu berasal dari Tanah Tapanuli.Persembahan itu berupa kemenyan, mendampingi dua persembahan lainnya, emas dan mur.Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem.Cerita itu semakin bergulir mengingat sebagian besar penduduk Tapanuli beragama Kristen dan Katolik yang erat dengan cerita kelahiran Yesus Kristus.Kebenarannya memang perlu diteliti, tetapi setidaknya dari cerita itu bisa terlihat bahwa sampai sekarang pun getah harum bernama kemenyan, yang dalam bahasa Batak disebut haminjon, itu begitu erat dengan kehidupan orang Tapanuli.Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara yang juga mantan Bupati Tapanuli Utara RE Nainggolan menjelaskan, kemenyan pernah sangat menyejahterakan masyarakat Tapanuli.

Dan, getah harum itu ikut pula membesarkan namanya.
“Nenek saya pedagang kemenyan,” tuturnya. Ia tahu persis, pada tahun 1936 neneknya sudah mempunyai mobil untuk mengangkut kemenyan dari Tapanuli ke Pelabuhan Sibolga.Saat itu harga satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas.Standar itu dipakai terus oleh petani dan pengepul di Tapanuli: Satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas.Satu kilogram kemenyan juga setara satu kaleng (16 kilogram) beras.Selain cerita tentang persembahan dari timur untuk Nabi Isa itu, tak banyak orang tahu sejarah kemenyan di Tapanuli.Kebanyakan warga menyebutkannya sebagai tanaman ajaib yang sudah ada ratusan tahun dan menghidupi masyarakat Tapanuli.

14). Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari :

Di dalam tradisi Parmalim - Agama Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi yang lahir selama tujuh hari harus di bawa ke Pancur untuk Permandian dan sekaligus pemberian nama.Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu diserahkan ke Imam Parmalim. Setelah itu diberi nama dengan diadakannya Pesta Martutu Aek.

Memang tidak ada sunat, tetapi beberapa suku Israel seperti Bene Menashe di India dan Suku Chiang Min pun melakukan hal yang sama.Karena apa? Karena mereka sudah melalui generasi ke generasi,
asimilasi, masuknya unsur-unsur lokal dan sebagainya, seperti nama-nama dewa-dewi sesembahan lokal dimana mereka tinggal. Seperti itulah, tetapi identitas keaslian mereka sebagai keturunan Israel masih kelihatan.Seperti budaya, adat, Agama -Kepercayaan
Monotheisme (meskipun masuknya paham lokal setempat), dan beberapa kebiasaan yang berbeda dengan suku - suku yang lainnya.

15). Monoteisme Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim :

Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim, Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim, kaum minoritas yang tegar mempertahankan nilai leluhur batak.Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-
kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim.Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru.Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih.Parmalim merupakan agama monotheis asli Bangso Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun Batak.TUHAN menurut Hamalimon –Parmalim – Ugamo MalimUgamo malim menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar,).Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidakbermula dan tidak berujung.
Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada.Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung.Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan.Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya.Dia adalah kuasa yang menghukum dan kuasamengampuni.Kuasa kasih dan kuasa murka.Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.

Dalam Injil Perjanjian Lama, menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli.Perkiraan itu punya jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme.
Misalnya Ugamo Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim, pen).

Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Nestorian dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600an Masehi dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.

Tambahan: Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9,diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau.Emas itu didapatkan dari negeri Ophir.Kitab Al-Qur’an, Surat Al- Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

Secara “teologis” bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Pencipta langit dan bumi).Ini hal yang luar biasa uniknya.
Tidak ada analisis yang dapat menerangkan itu jika tidak menghubungkannya dengan faham monoteisme Yudaisme bangsa Israel kuno yang terbawa melekat hingga sekarang, tidak lekang oleh kikisan kurun waktu ribuan tahun.

Dalam melaksanakan ibadah, Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang “Parmalim” wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa).

 Ke-7 aturan tersebut adalah :

1. Martutuaek (kelahiran)

2. Pasahat Tondi (kematian)

3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)

4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)

5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)

6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)

7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)

Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang “Parmalim” harus menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya.Diluar hal tersebut, seorang “Parmalim” juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta darah.Manusia yang mematuhi dan mengikuti ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.
-Kata bijak Ugamo Malim Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.
Menurut beberapa pandangan ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi.
Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta.

Dan secara ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur.Bahkan, ajaran Parmalim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian,” jelasnya kemudian menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari kata “malim”.
Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan bumi).
“Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang mengutamakan kesucian dalam hidupnya,” jelas Marnangkok. Yang kami puja tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan”begu” (roh jahat),” katanya.
“Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap Parmalim.
” Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi.
Raja Nasiak Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak.Nasiak Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita.Ia bukan raja yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.

Dengan demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata.Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen dan Islam masuk ke daerah itu.Hidup dalam kepasrahan.
Barangkali itu jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan: “Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata pangalahon ta.”(Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).

Catatan: Sisingamangaraja, adalah Singa yang merajai.Para Datu atau Tua-Tua Batak Toba, menjuluki Singa bagi Hukum dan Singa bagi para raja.Padahal Singa tidak ada di Tapanuli, yang ada hanyalah
Harimau.Kalau dilihat dari makna simbolis alkitab, hanya Suku Yehuda yang dijuluki Singa Yehudah.
Seperti apa yang kemudian dijelaskan Marnangkok, Pemimpin Parmalim, ” Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?” Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan. Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan.
Tapi, harapan itu bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon.Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup suci.Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, “Berilah kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami.” Mereka yakin Debata hanya akan memberkati orang yang menangis.
Nah, dalam kepasrahan yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga mereka menyerahkan hidupnya pada “kemaliman” (kesucian).“Parmalim adalah mereka yang menangis dan meratap,” katanya.Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan.
Selain mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap Sabtu.Dalam menjelang hari Sabtu, pengikut Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun.Atau melakukan ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.Marnakkok Naipospos, pemimpin Parmalim mengatakan: “Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak.Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya.Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung.Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu.”Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian bayi yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan Hatutubu ni Tuhan.

Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap dipertahankan diantaranya adalah larangan untuk memakan daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen.Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata.Padahal dalam ajaran Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh.

Inilah yang kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya.Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan
Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli.Yang kedua diadakan secara besar-besaran pada acara ini para
Parmalim menyembelih kurban kerbau atau lembu.“Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah memberikan kehidupan,” kata Marnangkok.

Catatan: Dalam Kitab Paramalim, yakni Tumbang Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam dan Hawa termasuk taman eden dimana hawa digoda si ular.Hal itu dalam istilah bahasa Batak Toba.
Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran usianya sudah ribuan tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak.Demikian pula dengan simbol dan pakaian kebesaran kerajaan
Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya, tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan rempah-rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim –Hamlimon – Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.
Bahkan, Istilah Anak Ni Raja, dalam bahasa BATAK, yang berarti Anak Raja mengacu kepada Si Raja Batak sebagai keturunan Raja Shalomo (Yang terkenal Kebijaksanannya atau Berhikmat), anak dari Raja Israel yang terkenal, Raja Daud (Terkenal Kepahlawanannya dan Ketakwaannya).Saya cukupkan saja dulu hingga disitu, karena terlalu letih untuk membeberkan semua, termasuk indikasi-indikasi lemah yang banyak jumlahnya.Jika data yang diatas itu saja dibawa kepada ahli statistik, yang tentu akan mempertimbangkan semua aspek-aspek lain yang terkait kedalamnya, simililaritasnya dengan tradisi bangsa Israel kuno dengan bukti autentik tertulis dalam Alkitab, informasi sejarah sekuler, tradisi Semitik yang ada hingga sekarang, serta kesamaan tradisi itu pada suku Batak setelah kurun waktu kurang lebih 3000 tahun, angka perbandingan untuk mengatakan bahwa suku Batak Toba bukan keturunan Israel mungkin 1 : 1,000,000 bahkan bisa jadi lebih.

Tulisan ini tidak bermaksud menampilkan superioritas ras, suku atau bangsa atau budaya tertentu.
Jika tulisan ini menimbulkan kesan seolah-olah menonjolkan superioritas suatu budaya tertentu, hal itu semata-mata terjadi karena topik yang berfokus pada peran suatu etnis atau Bangso Batak Toba.Keberadaan unsur asing dalam kebudayaan suatu bangsa adalah sebuah kewajaran.Penyerapan unsur asing ke dalam suatu budaya lokal tidak berarti menunjukkan inferioritas kebudayaan yang menyerapnya.

Sejarah justru mencatat, kebesaran suatu kebudayaan berkorelasi positif dengan banyaknya unsur asing yang diserap dan dikembangkan oleh komunitas budaya bersangkutan.Sejarah juga mencatat interaksi suatu komunitas budaya dengan komunitas budaya lain, berjalan timbal balik, tidak pernah searah saja.
Tulisan ini mestilah dipahami sebagai upaya menampilkan kemungkinan terjadinya pertukaran nilai budaya dalam rentang waktu beberapa abad antara Timur dengan Barat.Pada jaman Raja-raja Israel dan Yehudah, telah dilakukan kontak dengan Barus, Tapanuli dengan Israel, Mesir, Persia, Cina, India,Arab, Yunani dan Pakistan yang terjadi satu milenium sebelumnya,hubungan dagang tersebut sudah berlangsung beberapa abad (sebelum masehi).

Salam HORAS....

MAULIATE

Wednesday, May 17, 2017

Sejarah Suku Batak

Sejarah Suku Batak-Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba padahal Batak tidak diwakili oleh suku Toba. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.

Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme, walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang dan sudah agak jarang atau sulit ditemukan di masyarakat.


Sejarah Suku Batak

Sejarah Suku Batak


Sejarah Suku Batak

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari Bangsa Batak. Mulai dari Pulau Formosa (Taiwan), Indochina, Mongolia, Mizoram dan yang paling kontroversial Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel

Identitas Batak

Identitas Batak populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun, Pakpak di organisasi yang di namakan Jong Batak tahun 1926, tanpa membedakan Agama dalam satu kesepahaman : Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu.

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

Sejarah Suku Batak- Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

Penyebaran Agama

Masuk Islam
Kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara yang diwarnai, memiliki mayoritas penduduk Batak.
Masuknya Islam.
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta, mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur

Misionaris Kristen
   Suku Batak- masuknya Kekristenan ke suku Batak.
Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.

Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.

Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.

Selanjutnya Misi Katolik di Tanah Batak terhitung sejak Pastor Misionaris pertama yakni Pastor Sybrandus van Rossum, OFM.Cap masuk ke jantung Tanah Batak, yakni Balige tanggal 5 Desember 1934.

Masyarakat Toba dan sebagian Karo menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.

Gereja HKBP
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan.

Gereja Katolik di Tanah Batak
Misi Katolik masuk ke Tanah Batak setelah Zending Protestan berada di sana selama 73 tahun. Daerah-daerah yang padat penduduknya serta daerah-daerah yang subur sudah menjadi “milik” Protestan. Menurut Sybrandus van Rossum dalam tulisannya berjudul “Matahari Terbit di Balige” bahwa pada tahun 1935 orang Batak yang sudah dibaptis di Protestan mencapai lebih kurang 450.000 orang. Lembaga pendidikan dan kesehatan sudah berada di tangan Zending. Zending juga sudah mempunyai kader-kader yang tangguh baik dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan. Dalam situasi seperti itulah Misi Katolik masuk ke Tanah Batak.

Kepercayaan


Sebuah kalender Batak yang terbuat dari tulang, dari abad ke-20. Dimiliki oleh Museum Anak di Indianapolis.
Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

Tendi / Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.

Tuesday, May 16, 2017

Cara Agar FOTO dan VIDEO Direpost Di Istagram @jiwa_batak

Cara Agar FOTO dan VIDEO Direpost Di Istagram @jiwa_batak


  1. Follow akun @jiwa_batak
  2. Buat Foto & Video kreasi kamu yang mengandung unsur batak.(seperti Budaya,Adat,Pariwisata+Lokasi dll )
  3. Tandai akun @jiwa_batak & #jiwabatak
  4. Screenshoot Artikel ini dan kirim ke akun @jiwa_batak ( via DM  ) bukti kalo kamu sudah mengikuti aturan Repost @jiwa_batak
  5. Jadilah anak yang baik,yang tidak follow dan unfollow akan ketahuan
NB; Akun @jiwa_batak kita utamakan untuk mengembangkan dan membudidayakan Budaya              Batak ( semua batak tanpa terkecuali ).

         BANGGA JADI ORANG BATAK