Wednesday, June 14, 2017

Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban

Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban

JIWA BATAK-Mungkin untuk masa sekarang ini tidak banyak yang mengenal nama Frederich Silaban,maka dari itu disini kita akan memeberikan informasi kembali menegenai Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban.
Frederich Silaban lahir pada tanggal 12 Desember 1912 disebuah Desa terpencil di Provinsi Sumatra Utara,tepatnya di Desa Bonan Dolok kota Dolosanggul,Kabupaten Humbang Hasundutan ( Humbahas ) yang sekarang.

Frederich Silaban aalah seorang arsitek yang beragama Huria Kristen Batak Protestan dan juga sebagai anak pendeta.Frederich Silaban telah menerima anugrah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil,berupa bintang jasa utama dari pemerintah atas prestasinya merancang pembangunan Mesjid Istiqlal,Mesjid terbesar di Asia Tenggara  dan terkenal sampai ke manca negara.Berawal karir dari mengikuti sayembara Desain Arsitektur Masjid Iatiqlal Jakarta pada tahun 1954.Dimana didalam sayembara itu ada 22 arsitek yang lolos persyaratan dari 30 peserta arsitek lainnya.Dan sayembara itu ketua Dewan jurinya adalah Ir.soekarno yang juga sebagai Presiden pertama Republik Indonesia.

Baca Juga ; Sejarah Kerajaan Batak

Ir.soekarna sebagai ketua Dewan juri sayembara itu mengumumkam nama Frederich Silabandengan karya berjudul "KETUHANAN" sebagai pemenang sayembara arsitek Masjid tersebut.Dan Ir.soekarno menjuluki Frederich Silaban dengan "By The Grace Of God" karena sudah memenangi sayembara itu.

Baca Juga ; Tentang Pariban

Dari keberhasilan Frederich Silaban dalam rancangan bangunan Mesjid Istiqlal itu,menjadikan Frederich Silaban menjadi arsitek kesayangan Presiden Ir.Soekarno.Dari sini lah awalnya Frederich Silaban yang awalnya hanya tamatan Koningen Wilhelmina School atau setingkat dengan STM ( Sekolah Teknik Menengah ) pada tahun 1931 dan melangkahkan kakinya dengan  pasti ke dunia arsitektur Nasional dan INternasional.

Setelah Mesjid Istiqlal,masih banyak karya-karya arsitektur asal Tano Batak ini yang sudah diakui oleh para arsitek dalam dan luar negri.

Beberapa Dibawah ini Krarya-karya Arsitek Asal Tano Batak ini


  • Sekolah Pertanian Menengah Atas ( SPMA )
  • Kantor Dinas Perikanan Bogor
  • Bank Indonesia Jalan Thamrin Jakarta
  • Gedung BLLD Bank Indonesia Jalan Kebun Sirih Jakarta
  • Gedung BNI 46 Jakarta
  • Flat BLLD
  • Bank Indonesia Jalan Budi Kemuliaan Jakarta
  • Gedung BNI 46 Surabaya
  • Gedung Bank Indonesia di Surabaya
  • Markas Besar Angkatan Udara di Pancorqan Jakarta
  • Gedung Pola Jakarta
  • Hotel Banteng yang kemudian menjadi Hotel Borobudur
  • Gedung Universitas HKBP Nomensen Medan 
  • Stadion Utama Gelora Bung Karno 
  • Rumah A Lie Hong di Bogor
  • Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta
  • Monumen Naional ( Monas )
  • Dll masih banyak lagi
Baca Juga ; Ulos Batak Menjadi Sorotan-Dan dia pergi setelah mengukir sejarah,suatu sejarah yang lebih tinggi dari sebuah karya seni atau teknologi,tetapi adalah sejarah kemanisiaan,kebersamaan,toleransi,Namanya akan dikenang sepanjang zaman.

Salam HORAS..

MAULIATE

Apa itu Pariban Dalam Suku Batak


Apa itu Pariban Dalam Suku Batak

JIWA BATAK-Kata pariban ini ada di dalam budaya Suku Batak,yang dimana kata pariban ini adalah tradisi perjodohan yang di anut Suku Batak jaman dulu.Dan di jadikan sebagai tradisi dan juga adat.Dan sampai sekarang pun tradisi itu masih bisa di temukan dikalangan Suku Batak,walaupun tidak keharusan seperti dulu lagi.Dan kata pariban ini sudah sangat umum di masyarakat Suku Batak.Bahakan karna sudah sangat maraknya di perbincangan umum,suku lain pun sudah tau dan kadang mau menggunakan istilah pariban.Hal ini bisa banyak di perbincangkan karena berhubungan dengan adat,silsilah,dan kepribadian dari Suku Batak.

Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak

Tapi tenang dulu,disini kita akan bahas tuntas apa itu sebenarnya pariban.
Bagi Suku Batak pasti sudah mengetahui apa itu "pariban",tapi bisa jadi ada juga yang belum tau ye kan,atau mungkin pembaca dari suku lain.Jadi disini akan kita jelaskan sedikit pengertian pariban.

Pariban itu adalah sebenarnya sepupu,yang artinya

  • Sebagai Laki-Laki
Pariban itu anak perempuan dari Tulang,yang dimana Tulang itu adalah abang atau adek kandung dari ibu kita sendiri

  • Sebagai Perempuan
Pariban itu anak laki laki dari Namboru,yang dimana Namboru itu adalah kakak atau adek kandung bapak kita sendiri

Kalau masih kurang paham saya buat contohnya deh..

  • Contohnya saya adalah marga Purba dan Ibu saya adalah Boru Hite,jadi siapa dan dimanapun cewek Boru Hite akan menjadi paribanku,atau sebaliknya lagi.
  • Contohnya saya Boru Hite,jadi siapa pun cowok yang Ibunya Boru Hite akan menjadi pariban saya.
Jika masih kurang paham apa itu Marga/boru,anda bisa baca di-Pentingnya Marga Bagi Suku Batak

Mengikuti dari jaman dahulunya,Suku Batak sangat mendukung pada tradisi perjodohan pariban ini.Dan bahkan apabila kita bisa menikahi  pariban,itu merupakan sebuah prestasi dan kebanggan tersendiri bagi keluarga.Namun untuk saat ini tradisi tersebut sudah tidak diharuskan lagi dalam keluarga.kalau jodoh yah jodoh,kalau tidak jodoh yah tidak apa-apa.Dikarenakan juga karna tradisi perjodohan tersebut hukumnya tidak mutlak dalam Suku Batak.

Tapi walaupun tradisi perjodohan dengan pariban ini sudah tidak terlalu diharuskan di dalam Suku Batak saat ini.Dalam Sejarah Kerajaan Suku Batak kata pariban ini selalu menjadi senjata ampuh bagi laki-laki untuk mendekati wanita di awal pertemuan,yaitu disaat perkenalan.Seperti yang kita ketahui Suku Batak tidak lepas dari marga.Jadi setiap perkenalan cowok batak dengan cewek batak,selain menyebutkan nama selalu menyebutkan marga apa dan boru apa.
Apalagi dikalangan anak perantau kata pariban ini kerap menjadi alasan bagi para cowok maupun cewek untuk bisa lebih saling dekat ( walaupun tidak semuanya seperti itu,alias sebagian ) satu sama lain.Dan bahkan karna kuatnya kata pariban ini sebagai senjata mendekati lawan jenis.Kadang para cowok yang dari perkenalan awal sebenarnya bukan pariban tapi jadi di buat ajalah pariban,biar jadi dekat dan makin besar kode kecocokan hahahaha.
Contoh percakapannya bagini
  • Cowok ; Hai,, dek
  • Cewek ; Ya.. bang
  • Cowok ; Boru apa dek
  • Cewek ; Boru Hite bg
  • Cowok ; Babababa,,,,,hmmm
  • Cewek ; Kenapa bang,abang marga apa
  • Cowok ; Pariban ternyata ( padahal bukan ),marga Purba abang dek.hadeewhhh pantasan kayak adem kurasa liat adek dari tadi
  • Cewek ; Hehehehe,,ahhh masa bg,emang mamak abang boru apa
  • Cowok ; Hahahaha iaaa dek,makanya lah.udah bisa lah kita ye kan ye kan ye kan.hahaha
  • Cewek ; Ahhhh abang bisa aja,ehehehehe
  • Cowok ; Eeeehh ngak percayaan adek.Jadi kekmana lah,, ( dan seterusnya )

Nah,,,padahal kalo dari sebenarnya bisa aja mereka bukan berpariban,tapi karna sudah kebiasan cowok untuk mendekati seorang cewek dengan menggunakan cara seperti itu.karna dengan cara seperti itu biasanya pendekatan sama cewek lebih cepat prosesnya atau bisa lebih cepat cocok dan nyambung pembahasan atau jadi banyak ketawa dan kompak.

Demikan artikel ini kami buat sedikit penjelasan tentang pariban.Dan semoga bermanfaat dan dapat dipahami dan juga sedikit menghibur.

Salam HORAS..

MAULIATE



Monday, June 12, 2017

Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya LaSalle College Jakarta


Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya  LaSalle College Jakarta

JIWA BATAK-Indonesia sangat dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman,termasuk salah satunya kebudayaan.Dan salah satu kebudayaan yang disorot saat ini  adalah Sumatra Utara`

Sumatra Utara memiliki salah satu kerajinan tangan yang sudah umum diketahui seluruh masyarakat Indonesia bahkan sampai keluar negeri,yaitu pembuatan kain Ulos.Inilah yang menjadi menginspirasi  di perayaan 20 tahun LaSalle College Jakarta dalam Jalinan Creative Show 2017.

Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya  LaSalle College Jakarta-Setelah beberapa daerah lain yang diangkat,seperti Bali,kali ini giliran Sumatra Utara yang mendapatkan sorotan dari LaSelle College Jakarta.Sebanyak 221 look ditampilkan dalam 5 segment,yaitu Valley of the Dools,Pilgrimege,Tranquility,Artisanal dan Synthesis.

Baca Juga ; Perempuan Berdarah Batak Berkarir Di Sepakbola Di Roma

Dalam Jalinan Creative Show 2017 ini juga sekaligus merayakan 20 tahun berdirinya LaSelle College Jakarta.Dalam acara LaSelle College Jakarta ini dikenal memeiliki 6 program yaitu;

  1. Fashion Design
  2. Fashion Business
  3. Interior Design
  4. Digital Media Design
  5. Photography
  6. Artistic Make Up
''LaSelle College Jakarta sangat dikenal dengan keenam departemennya.Jalinan ini berasal dari dari kata menjalin,walaupun berbeda departemen,berbeda program,tapi bagaimana caranya kami dari keenam program bisa bersama-sama menghasilkan mahasiswa,calon desainer muda yang terbaik'' pungkas Khaterine Suteja,Creative Direktor Jalinan.saat ditemui oleh tim warta ,Jumat (7/4/2017).


Kesempatan kali ini,LaSalle College Jakarta berhasil meluluskan 252 mahasiswa yang juga merupakan calon desainer muda,siap bersaing di kancah lokal,maupun internasional.Dan tidak berhenti disitu,20 mahasiswa juga mendapatkan penghargaan yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu;

  1. Best Student
  2. Best Portofolio
  3. Favorite Student
 Baca Juga ; Kesamaan Suku Batak dan Suku Toraja

Dengan semakin meningkat Budaya Batak di kalangan masyarakat indonesia baik sampai keinternasional adalah suatu kebanggan Sumatra Utara,terutama suku Batak.Dengan semakin berkembangnya dunia gblobalisasi saat ini,semoga sumua masyarakat indonesi bisa berkembang lebih baik dan dan berprestasi.

Sunday, June 11, 2017

Sejarah Kerajaan Batak

Sejarah Kerajaan Batak

JIWA BATAK-Berdasarkan informasi data yang dapat kita kumpulkan, baik yang berasal dari cerita rakyat, maupun data kepustakaan, konon kabarnya; sekitar abad pertama Masehi, telah berdiri kerajaan Batak (Pa’ta), berkedudukan di Batahan (diperkirakan, di sekitar kota Natal sekarang).
Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh pantai barat Sumatera, yang pada zaman dahulu, disebut pulau Andalas, sampai ke pulau Jawa bagian barat yang dihuni oleh suku Badui.
Konon sebutan/istilah Badui, berasal dari bahasa Austronesia purba yang juga masih banyak dipergunakan oleh orang Batak sekarang, terdiri dari dua suku kata, Ba-niadui (Nun disana).
Pada masa itu, bangsa Batak, menganut suatu kepercayaan yaitu Agama Malim; pimpinannya disebut Raja Malim, dibantu oleh para Nabi  (Panurirang) dan para pengikutnya disebut Parmalim.
Berkaitan dengan pemerintahan, Raja Malim bertindak sebagai penasehat dan disebut Paniroi/Sitiroi. (Seorang ahli ilmu bumi dari Iskandariah, bernama Claudius Ptolomeus, menyebutnya Satyroy). Kepala pemerintahan yang disebut Sirajai jolma bertindak sebagai Pemangku adat/Penegak hukum. (Bandingkan : Executip)
Terbetik berita, bahwa pada masa jayanya kerajaan Batak dahulu itu, didirikanlah Kampus Perguruan tinggi Parmalim di Gunungtua, dimana masih terdapat sisa-sisa peninggalannya hingga sekarang, antara lain:
Candi Portibi, Biaro Bahal I, Bahal II, Bahal III, Sitopaon (Sitopayan), Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu.
Raja raja dari Sriwijaya yang muncul kemudian dan berkuasa di pantai timur pulau Sumatra, tidak pernah mengganggu keberadaan kerajaan Batak di bagian barat; kabarnya, karena mereka masih ada hubungan keluarga; sama sama keturunan keluarga Sailendra, yaitu keluarga yang datang dari pulau Sai lam=Sai lan=Ceylon.
*.Menurut Drs. Nalom Siahaan, dalam bukunya Adat Dalihan Natolu hal. 9, disebutkan, bahwa di Palembang, terdapat batu bertulis yang berjudul Marmangmang. Dalam buku Sejarah Indonesia, ada juga yang menceritakan tentang prasasti kedukan bukit, yang berisikan sumpah sarapah, terdiri dari empatbelas baris. Marmangmang dalam bahasa Batak adalah Martolon, yang berarti=Mengangkat sumpah. Patut dipertanyakan, apa hubungannya batu marmangmang  yang di Palembang itu dengan orang Batak ?
Di daerah Sumatra bagian selatan, terdapat banyak nama/ istilah yang punya kesamaan dengan bahasa Batak (Karakteristik Batak), antara lain:

  • Palembang  = Palumbang   = luaskan/kembangkan
  • Lampung     = Lampung(u) = (semakin kumpul/bersatu.
  • Rajabasa      = Raja nabasa  = Raja yang budiman.
  • To lang bawang (ejaan Cina)   = Tulang bao (ejaan  Batak),  berarti Paman dari istri.
  • Kubu               = Benteng pertahanan.
  • Dihubu           = Ditaklukkan / di rebut.
  • Sakai               = Sangkae baca: Sakkae)=1/4

Dan masih banyak lagi nama / istilah seperti itu, khususnya di daerah sekitar Danau Ranau dan Ogan Komering.

Baca juga ; Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang

Kedatangan berbagai etnis India ke pantai timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah jauh sekali sebelum Masehi, yaitu membawa agama Hindu dan terakhir kemudian juga agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. Prof. Coomalaswamy* menulis bahwa Sumatera yang mula-mula sekali dari sejak sebelum Masehi menerima pendatang Hindu-India. Mereka membawa aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Abad ke-V Masehi gelombang dari India Selatan membawa agama Budha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal aksara Melayu Kuno, Batak dan lain-lain.
Sejak abad ke-3 M, transportasi perdagangan di kepulauan Nusantara berada di tangan orang Cola. Pusat di Tamilakam, diambil alih oleh orang Pallava yang kemudian pula ditaklukkan oleh Cola kembali diabad ke-9 M. Juga pada tahun 717 M pendeta Tamil Wajabodhi membawa aliran Tantrisme Mahayana Budha ke MALAYU seperti terdapat di candi di Padang Lawas dan patung Adytiawarman di Pagarruyung. Kesemuanya bersamaan dengan membawa juga pengaruh atas perdagangan dan adat-budaya kepada masyarakat di pantai Barat Sumatera Utara dan mereka membawa aksara PALLAWA.
Menurut Tome Pires (1515 M) Raja Pasai dan sebagian penduduknya berasal dari India Islam dari Bengal. Banyak Pedagang Gujarat, Kling dan Bengal di sini.
Di Barus, tepat nya di Lobu Tua (bekas pelabuhan internasional di masa kejayaannya) letak nya di pantai barat Propinsi Sumatera Utara telah ditemukan Batu Bersurat, tetapi atas perintah pembesar Belanda kepada Raja Barus Sutan Mara Pangkat sebahagian telah dihancurkan. Adapun sisa-sisa dari pecahan batu prasasti itu ada disimpan di seksi arkeologi Museum Pusat Jakarta, dan inskripsinya sudah diterjemahkan oleh PROF. DR. K. A. NILAKANTA SASTRI dari Univ. Madras ditahun 1931, yang menurut beliau prasasti itu dibuat ditahun Saka 1010 (=1088 M.). Itu masa pemerintahan RAJA COLA, Kerajaan yang diperintah oleh KULOTUNGGADEWA-I yang menguasai wilayah Tamil di India Selatan.
Kalau kita baca “HIKAYAT MELAYU” karangan Bendahara Melaka TUN SRI LANANG (abad ke-16 M), itu memang cocok dengan apa yang tertulis di prasasti TANJORE (1030 Saka), ketika Raja RAJENDRA COLA DEWA-I pada tahun 1025 M menyerang Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di Sumatera Utara dan Malaya (Pannai, Lamuri Aceh).
Dari Prasasti Lobu Tua itu dapat  kita ketahui bagaimana eratnya hubungan perdagangan dan budaya “benua” India dengan Sumatera. Prasasti Lobu Tua itu berisi tentang aktivitas perdagangan kumpulan konglomerat Tamil yang dikenal dengan nama “MUPAKAT DEWAN 1500”. Anggotanya terdiri dari berbagai sekte Brahmana, Wisnu, Mulabhadra dan lain-lain. Keberbagai negara mereka pergi membawa barang dengan kapal mereka sendiri dan disitu mendirikan Loji (gudang yang berbenteng yang dijaga oleh prajurit mereka). Mereka tidak tunduk kepada sesuatu kerajaanpun tetapi disambut hangat oleh setiap negeri/yang dikunjungi mereka.
Selanjutnya menurut sejarah, pada tahun 1.000. Masehi, kerajaan Batak ini, pernah mengirimkan utusan ke negeri Cina, untuk memperkenalkan hasil bumi. Berita ini, tertulis didalam buku Ling Wei Taita, disusun oleh Chou Ku Fei pada zaman dinasti Ming. Mendengar berita pegiriman utusan dagang ini, raja Negeri Cola dari India selatan menjadi tersinggung, karena antara negeri Batak dan Negeri Cola sebelumnya telah lama menjalin hubungan dagang.
Pada tahun 1024, Raja Rajendra Cola Dewa (1012–1044 ) dari negeri Cola menyerbu negeri Batak berbarengan dengan penyerbuan Kerajaan Sriwijaya, dan pada tahun 1029, setelah berperang selama lima tahun, negeri Batak dapat ditaklukkan. Raja negeri Batak ditangkap, tetapi tidak dibunuh; negeri itu ditinggalkan begitu saja tanpa pemerintahan.

Berikut Sejarah Pembagian Kerajaan Suku Batak


Kerajaan Batak, Barus
Kemudian setelah jatuhnya kerajaan Batak tua (Batahan), yaitu sekitar tahun 1030, berbareng dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru pecahan dari kerajaan Batak Tua dahulu, Raja Malim (Pimpinan agama Malim) dari Gunungtua, menobatkan menantunya menjadi raja, “sirajai jolma” (Kepala Pemerintahan), berkedudukan di Barus.
Untuk menunjukkan bahwa dialah yang mulamula/pertama menjadi raja di kerajaan Batak Barus, maka dinamakanlah dia Raja Mula. Raja Mula digantikan oleh anaknya, yaitu Raja Donia, kemudian Raja Donia digantikan oleh anaknya yaitu Raja Sorimangaraja Batak I(Sorimangaraja = Sri Maharaja). Sepeninggal Sorimangaraja Batak I, naik tahtalah anaknya yang kedua bernama Nasiak dibanua; kemudian, raja Nasiakdibanua digantikan oleh anaknya, bergelar Sorimangaraja Batak II.
Dari permulaannya sudah demikian, raja-raja Batak Barus selalu mengambil isteri dari keluarga Raja Malim ; kebiasaan ini dipandang perlu dipertahankan, demi menjaga keserasian pemerintahan (Konstelasi politik); Sorimangaraja Batak II pun, memperisterikan putri Raja Malim juga, yang melahirkan lima orang putra baginya; Putra sulung bernama Siraja Bahar, kedua bernama Sinambeuk, ketiga si Pakpak, ke empat bernama Jonggolnitano dan yang kelima bernama Raja Mangisori yang juga disebut Nagaisori.
Dari kelima orang putra Sorimangaraja Batak II sebagai mana disebutkan diatas, hanya Sinambeuk yang mengambil isteri dari keluarga Raja Malim, yaitu saudara perempuan dari Raja Malim Mutiaraja. Dari perkawinannya itu, Sinambeuk memperoleh seorang putra yang dinamakan Si Raja Batak; dia inilah yang kelak dikemudian hari mendirikan perkampungan Sianjur mulamula di tanah Toba.
Pada masa pemerintahan Sorimangaraja Batak II, datanglah orang Melayu Pagarruyung menyerbu negeri Batak Barus; mereka dibantu oleh para saudagar Islam yang datang dari Gujarat, yang menelan banyak korban jiwa. Melihat situasi yang tidak menguntungkan itu, Sorimangaraja Batak II sudah dapat memperhitungkan, bahwa dia akan kalah perang, maka pada suatu kesempatan, dialihkannyalah kekuasaan pemerintahannya kepada Raja Malim Mutiaraja keponakannya itu (Paraman), dengan perjanjian, bahwa kelak dikemudian hari, kalau situasi sudah memungkinkan, kerajaan itu harus dikembalikan kepada ahli waris. Mereka mengikat perjanjian itu dengan suatu tanda barang pusaka, yang mereka namakan Tabutabu sitara pullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang,yang berarti: “Dari mana datangnya, harus kesitu juga kembalinya“.Sejak peristiwa pengalihan kekuasaan itu, Mutiaraja memegang dua tampuk kepemimpinan, yaitu: selaku pimpinan agama disebutRaja Malim dan selaku Kepala pemerintahan (Sirajai jolma), disebut Raja Uti.Pada awalnya, gelaran Kepala pemerintahan itu disebut Raja Unte (baca: Utte), hal ini berkaitan dengan kebiasaan Mutiaraja selaku pimpinan agama (Raja Malim), selalu mempergunakan Jeruk purut (Unte pangir) didalam upacara-upacara keagamaan. Disebut juga Mutiaraja itu dengan sebutan Raja Mangalambung yang arti harfiahnya, menyamping/dari samping, karena dia bukan dari ahli waris. Seirama dengan penggelaran itu, muncullah kebiasaan sesajenan yang membedakan pimpinan agama dengan Kepala pemerintahan; Jika seseorang ingin berhubungan dengan pimpinan agama (Raja Malim), maka sesajenannya adalah kambing warna putih (Hambing sibontar), tetapi jika ingin berhubungan dengan Kepala pemerintahan (Raja Uti), maka sesajenannya adalah kambing warna hitam (Hambing silintom).
Perkiraan Sorimangaraja Batak II tentang perang itu menunjukkan kebenarannya ; dia bersama anaknya Sinambeuk, mati terbunuh dalam perang.Pada zaman itu, sudah menjadi kebiasaan, bahwa semua keturunan raja yang kalah perang, harus dibunuh, agar tidak muncul kerajaan baru yang akan balas dendam; maka demi keselamatan, setelah Sorimangaraja Batak II mati terbunuh, dan para keluarga raja melarikan diri selagi ada kesempatan.
Konon kabarnya, setelah beberapa generasi kemudian, terbetiklah berita, bahwa:

  • Keturunan Si Raja Bahar telah bermukim di Desa Garo (Garo = Pisang) yang kemudian berubah sebutan menjadi Karo.
  • Keturunan Si Raja Batak, anak dari Sinambeuk, bermukim di Toba.
  • Keturunan Si Raja Pakpak, bermukim di Dairi (Dai Ri).
  • Keturunan Jonggol ni Tano yang memperanakkan Raja Pandudu dan Raja Mante (Mantela), bermukim di Aceh Pidie (Perlu diteliti lagi, apakah Pidie, berasal dari kata Pudi ? ).
  • Keturunan Raja Mangisori (Nagaisori), bermukim di Daerah Singkil dan Tapak Tuan.

Keunikan Karakter Suku Batak-Selanjutnya, perkembangan agama Islam di Barus sangatlah pesatnya, terlebih lagi setelah penguasa Barus masuk memeluk agama itu. Orang Batak yang pertama masuk agama Islam di Barus adalah seorang guru pencak silat, bernama Guru Marnangkok; dan banyaklah orang Batak masuk memeluk agama Islam di Barus. Tak lama setelah penaklukan negeri Barus, bersepakatlah penguasa negeri itu dengan para saudagar Islam, untuk mendirikan negeri baru berbasis Islam yang mereka namakan Negeri Fansur, orang Batak meyebutnya Pansur.

Kerajaan Batak, Pea Langge.
Sejak   zaman   dahulukala,   Raja  Malim  selaku  pimpinan agama Malim, selalu  dipilih  berdasarkan  rapat  kenabian,   bukan seperti kerajaan  yang menjadi warisan turun-temurun.  Dimasa tuanya Mutiaraja, dipilihlah penggantinya untuk memimpin agama dan pemerintahan, (Jabatan rangkap),   maka terpilihlah Raja Malim/Raja Uti II.
Pada  masa  jabatan  Raja  Malim / Raja  Uti   IV,  datanglah raja negeri   Fansur  dari  Barus   menyerbu  negeri  Batak  Pea Langge, terjadilah pertempuran, saling bunuh  membunuh.  Setelah Ompu Bada (Ompu Bada = Panglima Perang) yang memimpin pasukan Pea Langge mati terbunuh, maka, takluklah  negeri  itu.
Raja Malim/Raja Uti IV bersama  para   pengikut  setia nya,  menyingkir ke suatu pulau di lautan Hindia, disebelah barat Pea Langge.; sesuai dengan bentuk pulaunya, dinamakanlah pulau itu, Pulo Munsung Babi. (Sekarang ini didalam peta,  dinamakan Pulau Babi, masuk Kecamatan Pulau banyak).
Sejak  itu,   raja Malim /  Raja  Uti   IV  dengan   para peng gantinya Raja Malim/Raja  Uti  V, VI dan Raja Malim/Raja Uti VII, disebut oranglah dengan sebutan Raja dari Pulau Munsung Babi, akan tetapi, dikemudian hari,  demi  gampang nya diucapkan, disebut/disingkat oranglah dengan sebutan Raja Munsung Babi.

  • Nama Raja Uti II dan para  penggantinya, belum dapat diketahui.
  • Cerita rakyat di Toba tentang Raja Uti, disarikan tersendiri  dalam Bab V.  Sipahusorhusoron ni roha.

Kerajaan Sianjurmulamula.
Sebagaimana telah disampaikan diatas, bahwa sebelum Sorimangaraja Batak II mati terbunuh, dia sempat mengalihkan kekuasaannya kepada Raja Malim Mutiaraja.
Setelah kerajaan Batak Barus jatuh ketangan musuhnya, didalam situasi yang serba semraut, Mutiaraja menyuruh si Raja Batak keponakannya itu (Bere), agar melarikan diri kesuatu tempat yang ditunjukkannya; diberikannya seruas bambu yang berisikan dua gulungan surat (Dokumen), terdiri dari Pustaka Tombaga Holing yang berisikan ilmu kemiliteran dan Pustaka Surat Agong yang berisikan ilmu Tata Negara
Selanjutnya, berangkatlah si raja Batak menuju tempat yang dimaksudkan oleh Mutiaraja pamannya itu; susah payahnya diperjalanan naik gunung turun lembah, tidak dihitung-hitung lagi berapa hari sudah berlalu. Di suatu hari, dalam kondisi capek kelelahan, istirahatlah dia disuatu tempat, lalu duduk diatas sebongkah batu datar (batu ceper) yang dinamakannya batu peristirahatan (Batu Pangulonan), akan tetapi dikemudian hari, dinamakan oranglah itu Batu Hobol, ada juga yang menyebutnya Batu Hobon. Setelah tenaganya pulih kembali, dilanjutkanlah perjalanan; rasa capek dan terik matahari membuatnya kehausan, namun perjalanan harus juga diteruskan, berjalan dan berjalan, menahankan capek dan kehausan; tak disangka tak di nyana, ditemukannya sebuah umbul air, lalu minumlah dia melepas dahaga, maka dinamakannyalah umbul air itu Aek sipaulak hosa loja, yang berarti: umbul air pemulih tenaga.  Setelah minum sepuasnya, diteruskan lagi perjalanan, hingga pada waktu hari mulai senja, sampailah dia ditempat yang dituju, yaitu sebuah Gua batu yang dipesankan oleh pamannya Mutiaraja gelar Raja Malim/ Raja Uti I; kemudian, dinama kannyalah gua itu Liang Raja Uti. (Liang = Gua).
Demikianlah agaknya kebiasaan orang di zaman dahulu kala, kalau mau berdoa (Martonggo) kepada Tuhan sang pencipta, haruslah di puncak gunung, karena menurut pikirnya, lebih dekatlah dari sana berseru kepada sang pencipta Ompu Mulajadi nabolon, yang bermukim di benua atas, dilangit yang ketujuh, maka pada hari-hari berikutnya, si Raja Batak merencanakan naik ke puncak gunung yang ada dekat disana, untuk menyampaikan doa permohonannya. Pada hari yang ditentukan, diambilnya seekor ikan besar, yaitu Ihan Batak/Dengke layan (sejenis ikan Jurung), dimasaknya dan dibawa naik ke puncak untuk dipersembahkan sebagai sajian khusus, pengalas permohonan; kemudian, dinamakannyalah tempat itu Pusuk Buhit, yang berarti: puncak bukit.
Konon menurut berita, selang beberapa waktu setelah jatuhnya Barus, Mutiaraja gelar Raja Malim/Raja Uti I, diam-diam dalam rahasia, dia bersama puterinya, datang dari Barus ke Toba mencari si Raja Batak keponakanya itu; mereka berjumpa dan bermalam di Gua batu/Liang Raja Uti selama dua malam. Dalam pertemuannya itu, Mutiaraja gelar Raja Malim/Raja Uti I, mengamanahkan kepada Si Raja Batak untuk mempersiapkan berdirinya kembali kerajaan Batak.

Kerajaan Batak, Bakkara.
Sebelum   kita  cerita  tentang   kemunculan   kerajaan Batak di Bakkara, baiklah terlebih dahulu disampaikan,  bahwa berdasarkan informasi data yang dapat dikumpulkan,   Raja Manghuntal   lahir pada tahun 1520, dan dinobatkan menjadi Raja Sisingamangaraja I pada tahun 1550 oleh Raja Uti VII di Pulau Munsung Babi.
*. Dalam Sejarah umum, tercatat bahwa Portugis telah menaklukkan negeri Malaka pada tahun 1511, berarti, Raja Manghuntal (Sisingamangaraja I), belum lahir pada waktu itu.
Berdasarkan Silsilah yang sudah baku dikalangan orang Batak Toba, Raja Manghuntal adalah generasi yang ketujuh dari Si Raja Batak; jadi, kalau di hitung-hitung satu generasi adalah 25 (dua puluh lima ) tahun,  dalam arti sudah pantas punya anak, maka  Si Raja Batak  tentulah  sudah  lahir sekitar 175 tahun lebih dahulu dari Raja Manghuntal, yaitu sekitar tahun 1345; dan kalau benar Si Raja Batak itu berumur sembilan belas tahun pada waktu berangkat menyingkir dari Barus, maka Si Raja Batak,   mestinya sudah tiba di Toba, sekitar tahun 1364.

Baca Juga ; Tradisi Kematian Dalam Suku BATAK
Perjanjian Sorimangaraja Batak II dengan Raja Malim Mutiaraja yang ditandai dengan barang pusaka “Tabutabu sitarapullang,  ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang”, agaknya beredar juga secara rahasia dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi, diantara orang-orang tertentu dari kalangan keluarga Si Raja Batak di Toba. Sangkarsomalidang, anak sulung raja Isumbaon, pergi ke Barus dan bermukim disana sebagai mata-mata (Inteligen) melihat/menunggu kemungkinan pengembalian kekuasaan atas kerajaan Batak, akan tetapi, pada masa itu, situasinya belum memungkinkan; Sariburaja pun, pergi juga ke Barus dengan maksud yang sama, akan tetapi, situasinya serupa juga, belum memungkinkan.
Setelah beberapa generasi kemudian, sampailah berita kepada raja Manghuntal di Bakkara, bahwa Raja Malim/Raja Uti VII, ada bermukim di Pulau Munsung babi, maka disuatu waktu, berangkatlah raja Manghuntal kesana untuk membicarakan perjanjian yang dibuat oleh leluhurnya Sorimangaraja Batak II.  Sehubungan dengan niatan itu, Raja Malim /Raja Uti VII, terlebih dahulu meneliti kemampuan raja Manghuntal (semacam test uji coba termasuk kesaktian). Setelah di yakininya, bahwa raja Manghuntal memang mampu untuk maksud itu, maka sepakatlah Raja Malim/Raja Uti VII, mengembalikan kekuasaan atas kerajaan Batak kepada raja Manghuntal (ahli waris), sesuai dengan perjanjian Tabu tabu sitara pullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang.Didalam acara penobatannya, pihak Raja Uti disimbolkan, mulai dari Raja Uti I s/d Raja Uti VII, menyerahkan kembali kekuasaan atas kerajaan Batak sesuai perjanjian, dan sebagai tanda pengembalian, secara simbolik, diserahkanlah 7 (tujuh) macam barang pusaka, yaitu:

  1. Piso Solam Debata, tanda sitiop harajaon (Keris, tanda pemegang kekuasaan). Konon Piso Solam ini dibawa oleh Belanda dan sampai saat ini belum diketahui keberadaan nya, Kami memohon informasi kepada siapapun yang mengetahui keberadaan piso ini.
  2. Hujur siringis, siungkap mata mual (Tombak, pembuka mata air).
  3. Tumtuman sutora malam, Tali tali harajaon (Mahkota)
  4. Ulos Sandehuliman, siambat api (Kain/Ulos pemadam api permusuhan, bahwa tidak akan ada permusuhan antara Raja/Kepala pemerintahan dengan Raja Malim pimpinan agama).
  5. Lage silintong pinartaraoang omas, lapik panortoran ni Raja (Tikar permadani, alas tempat Raja menari).
  6. Tabu tabu sitarapullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang (perjanjian).
  7. Gajah sibontar, pangurupi di nadokdok (Gajah putih simbol tanggung   jawab).

Pada  Acara  pelantikannya, disebutlah  Raja Manghuntal  dengan gelaran Sisingamangaraja I (pemula Dinasti Sisingamangaraja); dan setelah pengembalian itu, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Raja Uti;   maka, dengan demikian, terwujudlah apa yang dicita-citakan/ direncanakan oleh Si Raja Batak  bersama Mutiaraja pamannya itu pada waktu kujungan dua harinya di Toba;  Kerajaan Batak berdiri kembali dibawah pemerintahan dinasti Sisingamangaraja, berkedudukan di  Bakkara.
Secara berturut-turut yang menjadi Raja Batak, Bakkara berikutnya

  1. Singamangaraja II, Ompu Raja Tinaruan
  2. Singamangaraja III, Raja Itubungna.
  3. Singamangaraja IV, Tuan Sorimangaraja.
  4. Singamangaraja V, Raja Pallongos.
  5. Singamangaraja VI, Raja Pangolbuk,
  6. Singamangaraja VII, Ompu Tuan Lumbut,
  7. Singamangaraja VIII, Ompu Sotaronggal
  8. Singamangaraja IX, Ompu Sohalompoan,
  9. Singamangaraja X, Ompu Tuan Na Bolon,
  10. Singamangaraja XI, Ompu Sohahuaon,
  11. Singamangaraja XII, Patuan Bosar (Ompu Pulo Batu)
Demikian artikel ini kami buat,semoga bisa bermafaat dan menambah wawasan bagi semua pembaca
Untuk saran yang baik kami bisa menerima untuk bisa memberikan info yang lebih baik tentang Suku Batak

Salam HORAS...

MAULIATE

Thursday, June 8, 2017

Tradisi Kematian Dan Penguburan Dalam Suku Batak


Tradisi Kematian Dan Penguburan Dalam Suku Batak

JIWA BATAK-Kematian. Satu kata yang identik dengan kesedihan dan air mata, serta biasanya dihindari manusia untuk diperbincangkan.  Namun, sebenarnya itulah yang ditunggu-tunggu manusia yang sadar bahwa tanpa kematian tidak ada proses pada kehidupan yang kekal dan abadi.
Pada masyarakat Batak, kematian identik dengan pesta dan suka cita. Ini sangatlah unik dan sangat khas. Ya, adat budaya kematian suku Batak memang beda dari kebanyakan suku yang ada di Indonesia.

Pada masyarakat Batak (Toba) dikenal 8 tingkat kematian. Dari yang terendah:

  1. Mate Tarposo (Mati dalam kandungan atau saat masih bayi).
  2. Mate Poso (Mati kanak-kanak dan sebelum kimpoi).
  3. Mate Pupur (Mati tua tanpa pernah kimpoi).
  4. Mate Punu (Mati sesudah kimpoi, tidak punya anak).
  5. Mate Mangkar (Mati setelah ada anak yang kimpoi, tetapi belum punya cucu).                                           
  6. Mate Sarimatua (Mati sudah punya cucu, tetapi masih ada anaknya yang belum kimpoi).
  7. Mate Saurmatua (Mati setelah semua anak kimpoi dan mempunyai cucu).
  8. Mate Mauli Bulung (Mati setelah cucunya sudah punya cucu lagi dan status sosialnya baik serta tak ada seorang pun dari keturunannya meninggal mendahuluinya).
Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak
 Mulai dari Mate Tarposo hingga Mate Punu dapat dikatakan tidak dilakukan acara adat yang berarti, karena hal itu dianggap belum lengkap kehidupan seseorang. Acara adat dilakukan dan akan semakin besar serta memakan waktu lama dimulai dari jenis Mate Mangkar hingga kepada Mate Mauli Bulung.
penghormatan terhadap seorang leluhur yang berada di alam baka dapat kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada.

Baca Juga ; Kesamaan Suku Batak Dan Suku Toraja

Bagi orang Batak (Toba), kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:

  1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung (Huta).
  2. Disebut “Tambak” berupa tanah yang ditinggikan di atas kuburan seorang yang mati dalam peringkat Sarimatua/Saurmatua. Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput manis, diletakkan secara terbalik, bertingkat tiga, lima, tujuh. Di atas tanah yang ditinggikan itu ditanam pohon Hariara/Beringin atau Bintatar sebagai pertanda. Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian, Tambak digunakan sebagai pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun di kampung asal (Bona Pasogit).
  3. Tugu sebagai monumen, pembangunannya berkembang secara besar-besaran setelah Tugu Raja Sisingamangaraja XII dibuat. Tugu biasanya dibangun untuk persatuan marga di bona pasogit (kampung asal) dan di dalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang.
Baca Juga ; Sejarah Batak Toba Keturunan Israel


Salam HORAS...

MAULIATE


Monday, June 5, 2017

Suku Batak Dan Suku Toraja Memiliki Kesamaan

JIWI BATAK-Indonesia terkenal dengan banyak suku dan beragam budaya,tapi kali ini kita akana memberikan informasi tentang dua suku di indonesia yang memiliki kesamaan.
Dari berbagai aspek masyarakat indonesia sering memaparkan bahwa Suku Batak dan Suku Toraja  memiliki beberapa kesamaan walaupun keberadaannya bebrbeda pulau.Dimana Suku Toraja berada di Sulawesi Selatan dan Suku Batak berada di Sumatra Utara.

Orang Batak berada di kawasan Sumatra,dan daerahan kediaman orang Batak terdiri dari beberapa daerah  yaitu Daratan Tinggi Karo,Langkat Hulu,Deli Hulu,Serdang Hulu,Simalungun,Toba,Mandailing,dan Tapanuli Tengah.Dan suku Batak suku batak lebih luas diketahui seluruh dunia dengan keberadaan Danau Toba yang tepatnya berada di Samosir.

Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak

Dan dilihat dari segi wilayah administraifnya,kediamann suku Batak di bagi menjadi beberapa kabupaten atau bagian dari wilayah Sumatra Utara yaitu;

  1. Kabupaten Karo
  2. Simalungun
  3. Dairi
  4. Tapanuli Utara
  5. Asahan
Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka,sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20 .Sebelum penjajahan Belanda  dan masa pengkristenan,suku Toraja yang tinggal di daerah dataran tinggi,dikenali berdasarkan desa mereka dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama.( hampir sama dengan suku batak yang memeiliki beberapa sub suku ).
Suku Toraja menetap di Sulawesi Selatan dengan berpopulasi sekitar 650.000 jiwa,dan 450.000 diantaranya masih tinggal di Tana Toraja.Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen,sementara sebagain menganut agama Islam dan kepercayaan aninisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolok.

Berikut Ini Beberapa Yang Menjadi Kesamaan Suku Batak Dan Toraja

1. Pakaian Adat : kemiripan untuk tutup kepala dan model pakaiannya
  • Baju Ulos Batak




  • Baju Pokko Toraja


2. Rumah Adat : masing-masing menonjol di bagian atap



3. Tarian Adat : Gerakan Tangan dan jumlah penari
    • Tor tor Batak


    • Rambu Solo Toraja

    4. Ukiran : Corak hitam dan merah sama-sama mendominasi juga bentuk hewan yang di                gambarkan
      • Naga Morsarang Batak


      • Neg Limbongan Toraja

      5. Patung : sama-sama menyimbolkan patung bagi yang telah meninggal
      • Sigale-gale Batak
      • Tau tau Toraja


      Adapun kemiripan Suku Batak dan Suku Toraja TAPI TIDAK Begitu identik Toraja 100%, tipe rumah adat suku Batak (khususnya Batak Toba) DENGAN tipe rumah adat. Keduanya sama-sama melambangkan keperkasaan Sepasang Tanduk Kerbau.
      Keduanya sama-sama menjadikan Binatang Kerbau sebagai Binatang yang paling Berharga dan pantas untuk review dijadikan hewan korban hearts Acara adat, pesta adat, Dan ritual Kematian. Akan tetapi ritual adat di Toraja LEBIH Kompleks dibandingkan DENGAN di tanah Batak Yang Sudah mengalami penyederhanaan pasca masuknya agama- agama modern.

      Beroperasi Langsung TIDAK terlihat hearts Catatan Sejarah tertulis maupun Berupa peninggalan arkeologis Mengenai Hubungan kekerabatan ANTARA Suku Batak DENGAN Suku Toraja. POSISI penyusutan dan kedua Suku Penyanyi Yang terletak PADA 2 buah PulauBesar Yang Sangat JAUH jaraknya MEMBUAT pesimis para Ahli Yang Mencoba meneliti Hubungan kedua Suku bangsa inisial.
      Aka tetapi hearts pengamatan Yang LEBIH serius para Ahli anthropogi and culture Saat inidapat Melihat hal ADA Cukup Banyak Persamaan Yang menunjukkan kemungkinan adanya Hubungan di masa yang Lalu.
      Beberapa Ahli Sejarah dan Pakar Kebudayaan Melayu Telah ada yang Mencoba menganalisa Dan menuliskan penelitiannya DENGAN Temuan Persamaan Kebudayaan Diantara kedua Suku inisial. Walaupun Belum bersifat final, TAPI Sudah can dijadikan dugaan pra KESIMPULAN Yang akan Menjadi dasar dasar objek Penelitian selanjutnya di masa yang akan Datang.
      KESIMPULAN Penelitian hearts Lingkup Yang LEBIH kemungkinan gede kekerabatan Suku Bangsa Batak DENGAN beberapa Suku Bangsa lainnya.
      kitd ATAU bangsa Batak Penyanyi Sering diklasifikasikan sebagai Bagian Dari Ras Proto Malayan Yang Hidup Damai bermukim di Perbatasan Burma / Myanmar DENGAN India RIBUAN Tahun Yang Lalu. Kemudian Akibat Perang berkepanjangan Dan pengusiran ras Oleh Arya dari yang beimigrasi Dari eropa Dan also Oleh bangsa Cina Dari Utara menyebabkan bangsa Proto Malayan Penyanyi akhirnya tersingkir Keluar Dari kampung halamannya.
      . Mereka bermigrasi Ke Selatan Dan Timur melewati darat, sungai, Dan also laut Beberapa community tersebut which are menyebar Ke different Wilayah Yang Cukup JAUH Dari Daerah asalnya Diduga nereka Inilah which are Menjadi cikal-bakal beberapa bangsa seperti berikut Penyanyi .:
      - Kelompok Suku Bangsa Karen di Myanmar,
      Suku Tayal di Taiwan, (Penduduk asli SEBELUM didominasi Oleh pendatang - bangsa Cina Dari Tiongkok)
      - Suku Batak di Sumatera,
      - Suku Ranau di Lampung,
      - Suku Toraja di Sulawesi Selatan,
      - Suku Bontoc dan Batac di Pelawan Philipina,
      - Suku Meo di Thailand Selatan,
      - Serta trio Suku Naga, Manipur, Dan Mizoram, yang masih tertinggal di Wilayah gatra India Bagian Timur.
      Untuk itu sampai saat ini masih dibutuhkan Penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai hal ini, untuk menetukan apakah sebenarnya suku batak Dan toraja ada hubungan yang lebih dekat dan lebih kuat satu sama lain.

      Salam HORAS..

      MAULIATE


      Saturday, June 3, 2017

      Keunikan Karakter Suku Batak

      JIWA BATAK-Masyarakat biasanya menyebutkan Orang batak itu suku batak,tapi orang batak menyebutnya secara kebiasaan dengan sebutan Bangso Batak.
      Penyebutan Bangso Batak pada orang Batak juga merupakan salah satu keunikan.Karena sebutan Bangso (dalam bahasa indonesia artinya Bangsa) hanya ditemukan pada suku Batak.


      Keunikan Karakter Suku Batak

       Berikut beberapa keunikan suku batak yang mungkin juga sering kalian temukan dikalangan suku batak


      1.Orang Batak Berdaya Juang Tinggi Dan Pantang Menyerah
       Orang Batak terutama kaum laki-laki,begitu lulusa dari SMA tidak banyak yang mau menjadi petani.Kebayakan mereka akan memilih untuk merantau ke daerah lain pergi untuk meninggalkan kampung halamannya.walaupun mereka tidak memiliki tempat yang pasti untuk dituju atau di temui,tetapi merasa selalu siap dan percaya diri untuk pergi merantau dengan mental kuat.Dengan harapan untuk bisa menjalani hidup yang lebih baik atau masa depa yang lebih baik.Makanya para perantau orang batak berprinsip dalam diri masing-masing " pantang pulang sebelum berhasil ".

      2.Orang Batak Memiliki Persaudaraan Yang kuat
       Suku Batak tidak lepas yang namanya dengan marga,yang menjadi sebagai garis keturunan bagi keluarga penerusnya.Bagi orang Batak laki-laki adalah pembawa garis keturunan keluarga kedepannya.Dan marga itu sebagai dasar untuk saling kenal satu sama lainnya baik laki-laki maupun wanita,atau yg biasanya orang batak sebut dengan martarombo.
      Makanya kemana pun orang batak merantau atau pun bepergian,sekalipun ke ujung dunia kalo sudah ketemu sesama orang batak pasti akan jadi kompak /akrab.Itu dikarekan mereka sudah saling mengenalkan satu sama lain.Dan yang paling buat mereka bisa lebih dekat adalah dari marga.Karna perkenalan dari marga kita bisa akan semakin dekat walaupun itu masih pertemuan pertama kali.

      3.Orang Batak Pantang Untuk Bercerai ( Pernikahan sekali seumur hidup )
       Orang Batak itu komitment tinggi dalam berkeluarga,pernikahan itu sekali seumur hidup tak dapat dipisahkan kecuali kematian.Karna bagi orang Batak pernikahan itu saklar dan amanah dari Tuhan yang harus di junjung tinggi dan juga sebagai tradisi dari adat Batak.Kita semua pasti tau dalam suatu hubungan keluarga pasti ada masanya saat buruk masalah yg datang.Tapi bagi norang batak mau masalah seperti apapun,itu bukan pemicu untuk perceraian.Selalu ada cara lain untuk mremperbaiki hubungan keluarga kedepannya.Baik itu secara kekeluargaan maupun secara adat .Bagi orang Batak perceraian itu sangat pantang dan munhkin kita bisa lihat sendiri perceraian itu jarang ditemukan di suku batak.
      Makanya orang Batak masuk kedalam kategori yang setia ( hehehe ).

      4.Orang Batak Pintar Dan Banyak Taktik
       Bila kita lihat di kehidupan sehari-hari dan di lingkungan masing-masing,baik teman ,organisasi dan juga pekerjaan.Kita pasti ada bertemu dengan orang batak didalamnya.Secara umum orang Batak itu orangnya yang selalu aktik dan tidak mau diam.Selalu punya pembahasan pembicaraan.Dan baiik juga dalam suatu permasalahan orang Batak itu selalu banyak ide untuk memmecahkan suatu masalah.

      5.Orang Batak Punya Sentuhan Midas
       Sentuhan midas itu bermakna mampu mengubah apapun yang biasa-biasa aja bahkan yang sudah dibuang orang sekalipun bisa jd berharga dan mahal dan bisa jadi emas.Beberapa orang Batak mempunyai sentuhan midas ini dalam ruang lingkup yang bersesuaian.



      Thursday, June 1, 2017

      Pentingnya Marga Bagi Suku Batak



      JIWA BATAK-Suku batak merupakan suku yang berasal dari Sumatra Utara yang di kenal dengan khas marga dri setiap nama.Dan suku batak selalu menjujung tinggi martabat marga.Dan mungkin dari masyarakat lain selalu bertanya-tanya seberapa pentingnya marga itu bagi suku batak.
      Nah disini akan kita akan kita jelaskan kenapa marga itu sangat penting bagi orang batak.

      1.Marga Adalah Identitas Pribadi Bagi Orang batak 
      Bagi orang batak,silsilah marga itu sebagai identitas pribadi yang harus di junjung tinggi.karna marga itu sebagai mahar yang sangat tinggi,sankin tingginya marga itu lebih besar maknanya dari pada sebuah nama.karna marga itu warisan atau latar dari keseluruhan keluarga atau keturunannya,sedangkan nama hanya bersifat sebagai pribadinya saja.

      2.Marga Mengandalkan Silsilah Keturunan
      Bagi orang batak marga itu menunjukkan dia berasal dari silsilah keturanan yang mana.atau untuk mengetahui alur atau urutan dari nenek moyangnya,atau yang biasa orang batak sebutkan tarombo.Dan bagi orang batak silsilah itu sangat penting untuk pergaulan,tutur dll.

      3.Marga Sebagai Bukti Penerus Keturunan
      Makna marga bagi orang batak itu dijadikan juga sebagai penerus keturunan.Dan marga yang meneruskan sampai ke keturunan adalah dari laki-laki,mungkin ada yang sam dengan suku suku lainnya yang ada di indonesia.Anak cowok batak itu sangat di utamakan karna dia akan meneruskan generasi keluarga kedepannya.Akan tetapi bukan berarti cewek di suku batak itu tidak di utamakan ya.tetap juga di utamakan cuman lebih di utamakan cowok aja,karna sebagai penerus keluarga itu.Dan cewek itu selalu dihargai dan dihormati ( wajib).

      Baca Juga ; Sejarah Suku Batak

      4.Dengan Mengenal Marga Orang Batak Bisa Jadi Akrab
      Melalui marga orang batak dapat menemukan keluarga atau saudara seketurunanya.bisa jadi lae/ito abang/kakak adek/adik dll lagi sapaan.
      Makanya orang batak itu baru ketemu atau baru kenal bisa langsung kompak,akur dan sangat dekat,itu karena mereka sudah saling  mengenalkan marga satu sama lain dan terus menjalin hubungan keluarga ataupun teman ( kalo sama orang batak martutur namaya).
      Makanya dari situ juga bisa menjelaskan makanya orang batak ngak takut meratau.karna kita bisa menemukan teman keluarga dimanapun dengan jalinan tutur marga.

      5.Dengan Mengenal Marga,Orang Batak Bisa Menentukan Jodoh
      Mungkin kalian sering denga cinta pada pandangan pertama.Tapi bagi orang batak istilah itu tidak bisa seterusnya bisa dipakai.karna bagi orang batak masalah jodoh itu atau pun gebetan itu bisa di bahas setelah tau marga satu sama lain,karna kalo tidak bisa bahaya ( alias bisa tarito dalam istilah orang batak).
      Suku batak itu bisa menentukan atau memilih jodoh/gebetan hayanya dengan marga yg lain atau tidak lebih jelasnya tidak satu marga,dan selain itu bisa memilih pariban.

      Baca Juga ; Bangso Batak Keturuna Israel Yang Hilang

      Nah,,itu lah sedikit penjelasan tentang seberapa pentingnya marga itu di suku adat batak.
      jadi kalo kalian punya teman orang batak tanyakan apa marganya.
      Dan buat keseluruhan suku batak jangan malu jadi orang batak.Jangan pernah menyembunyikan atau menutupi marrganya baik di umum masyrakat pekerjaan dan apalagi di media sosial.
      KITA HARUS BANGGA JADI ORANG BATAK
      Salam HORAS..!!!!!
      MAULIATE