Saturday, September 9, 2017

Dalihan Na Tolu


Dalihan Na Tolu



JIWA BATAK-Suku Batak memiliki  beberapa tradisi adat yang sudah dijalankan secara turun temurun dari nenek moyang sampai sekarang.Yang menjadi sebuah aturan seluruh suku batak yang harus dijalankan walaupun aturan tersebut tidak secara tertulis.

Salah satu falsafah dalam suku Batak Toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu,
yaitu yang terdiri dari

1.Somba Marhula-hula
Hula-hula adalah pihak keluarga dari istri atau pihak keluarga ibu kita,yang dimana hula-hula berada di posisi yang paling dihormati didalam pergaulan dan juga adat batak.Dan tradisi ini dijalankan turun temurun sampai pada pergaulan masyarakat Batak bukan hanya waktu dalam acara adat.

2.Manat Mardongan Tubu
Menjalin hubungan yang baik dengan semua keluarga,saudara laki-laki baik saudara perempuan atau kepada semua keluarga yang satu marga mulai dari yang tertua sampai kepada yang masih muda.Saling monopang satu sama lain,saling membantu saling menaungi dan hidup saling melengkapi.Dengan falsafah ini juga makanya orang batak kalau bertemu yang satu marga langsung bisa lbh dekat dari pada yang lainnya

Baca juga ; apa itu pariban

3.Elek Marboru
Boru dalam falsafah ini adalah anak perempuan dari keluarga,dan apabila nnti anak perempuan sudah menikah,maka anak perempuan dan suaminya akan menempatu posisi sebagai boru dalam suatu keluarga atau pun adat.
Begitu lah dalam adat batak harus elek marboru yang artinya harus baik kepada anak atau saudara perempuan,mengayominya memberikan perhatian dan lainnya.

Dengan ke tiga falsafah ini menjadi satu prinsib bagi suku batak untuk menjungjung tinggi tali persaudaraan baik dalam kehidupan sehar- hari maupun dalam menjalankan tradisi adat istiadat.
Semoga filsafah bisa selalu kuatdijalankan  dalam kehidupan masyarakat suku batak.



Wednesday, June 14, 2017

Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban

Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban

JIWA BATAK-Mungkin untuk masa sekarang ini tidak banyak yang mengenal nama Frederich Silaban,maka dari itu disini kita akan memeberikan informasi kembali menegenai Arsitek Jenius Dari Tano Batak-Frederich Silaban.
Frederich Silaban lahir pada tanggal 12 Desember 1912 disebuah Desa terpencil di Provinsi Sumatra Utara,tepatnya di Desa Bonan Dolok kota Dolosanggul,Kabupaten Humbang Hasundutan ( Humbahas ) yang sekarang.

Frederich Silaban aalah seorang arsitek yang beragama Huria Kristen Batak Protestan dan juga sebagai anak pendeta.Frederich Silaban telah menerima anugrah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil,berupa bintang jasa utama dari pemerintah atas prestasinya merancang pembangunan Mesjid Istiqlal,Mesjid terbesar di Asia Tenggara  dan terkenal sampai ke manca negara.Berawal karir dari mengikuti sayembara Desain Arsitektur Masjid Iatiqlal Jakarta pada tahun 1954.Dimana didalam sayembara itu ada 22 arsitek yang lolos persyaratan dari 30 peserta arsitek lainnya.Dan sayembara itu ketua Dewan jurinya adalah Ir.soekarno yang juga sebagai Presiden pertama Republik Indonesia.

Baca Juga ; Sejarah Kerajaan Batak

Ir.soekarna sebagai ketua Dewan juri sayembara itu mengumumkam nama Frederich Silabandengan karya berjudul "KETUHANAN" sebagai pemenang sayembara arsitek Masjid tersebut.Dan Ir.soekarno menjuluki Frederich Silaban dengan "By The Grace Of God" karena sudah memenangi sayembara itu.

Baca Juga ; Tentang Pariban

Dari keberhasilan Frederich Silaban dalam rancangan bangunan Mesjid Istiqlal itu,menjadikan Frederich Silaban menjadi arsitek kesayangan Presiden Ir.Soekarno.Dari sini lah awalnya Frederich Silaban yang awalnya hanya tamatan Koningen Wilhelmina School atau setingkat dengan STM ( Sekolah Teknik Menengah ) pada tahun 1931 dan melangkahkan kakinya dengan  pasti ke dunia arsitektur Nasional dan INternasional.

Setelah Mesjid Istiqlal,masih banyak karya-karya arsitektur asal Tano Batak ini yang sudah diakui oleh para arsitek dalam dan luar negri.

Beberapa Dibawah ini Krarya-karya Arsitek Asal Tano Batak ini


  • Sekolah Pertanian Menengah Atas ( SPMA )
  • Kantor Dinas Perikanan Bogor
  • Bank Indonesia Jalan Thamrin Jakarta
  • Gedung BLLD Bank Indonesia Jalan Kebun Sirih Jakarta
  • Gedung BNI 46 Jakarta
  • Flat BLLD
  • Bank Indonesia Jalan Budi Kemuliaan Jakarta
  • Gedung BNI 46 Surabaya
  • Gedung Bank Indonesia di Surabaya
  • Markas Besar Angkatan Udara di Pancorqan Jakarta
  • Gedung Pola Jakarta
  • Hotel Banteng yang kemudian menjadi Hotel Borobudur
  • Gedung Universitas HKBP Nomensen Medan 
  • Stadion Utama Gelora Bung Karno 
  • Rumah A Lie Hong di Bogor
  • Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta
  • Monumen Naional ( Monas )
  • Dll masih banyak lagi
Baca Juga ; Ulos Batak Menjadi Sorotan-Dan dia pergi setelah mengukir sejarah,suatu sejarah yang lebih tinggi dari sebuah karya seni atau teknologi,tetapi adalah sejarah kemanisiaan,kebersamaan,toleransi,Namanya akan dikenang sepanjang zaman.

Salam HORAS..

MAULIATE

Apa itu Pariban Dalam Suku Batak


Apa itu Pariban Dalam Suku Batak

JIWA BATAK-Kata pariban ini ada di dalam budaya Suku Batak,yang dimana kata pariban ini adalah tradisi perjodohan yang di anut Suku Batak jaman dulu.Dan di jadikan sebagai tradisi dan juga adat.Dan sampai sekarang pun tradisi itu masih bisa di temukan dikalangan Suku Batak,walaupun tidak keharusan seperti dulu lagi.Dan kata pariban ini sudah sangat umum di masyarakat Suku Batak.Bahakan karna sudah sangat maraknya di perbincangan umum,suku lain pun sudah tau dan kadang mau menggunakan istilah pariban.Hal ini bisa banyak di perbincangkan karena berhubungan dengan adat,silsilah,dan kepribadian dari Suku Batak.

Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak

Tapi tenang dulu,disini kita akan bahas tuntas apa itu sebenarnya pariban.
Bagi Suku Batak pasti sudah mengetahui apa itu "pariban",tapi bisa jadi ada juga yang belum tau ye kan,atau mungkin pembaca dari suku lain.Jadi disini akan kita jelaskan sedikit pengertian pariban.

Pariban itu adalah sebenarnya sepupu,yang artinya

  • Sebagai Laki-Laki
Pariban itu anak perempuan dari Tulang,yang dimana Tulang itu adalah abang atau adek kandung dari ibu kita sendiri

  • Sebagai Perempuan
Pariban itu anak laki laki dari Namboru,yang dimana Namboru itu adalah kakak atau adek kandung bapak kita sendiri

Kalau masih kurang paham saya buat contohnya deh..

  • Contohnya saya adalah marga Purba dan Ibu saya adalah Boru Hite,jadi siapa dan dimanapun cewek Boru Hite akan menjadi paribanku,atau sebaliknya lagi.
  • Contohnya saya Boru Hite,jadi siapa pun cowok yang Ibunya Boru Hite akan menjadi pariban saya.
Jika masih kurang paham apa itu Marga/boru,anda bisa baca di-Pentingnya Marga Bagi Suku Batak

Mengikuti dari jaman dahulunya,Suku Batak sangat mendukung pada tradisi perjodohan pariban ini.Dan bahkan apabila kita bisa menikahi  pariban,itu merupakan sebuah prestasi dan kebanggan tersendiri bagi keluarga.Namun untuk saat ini tradisi tersebut sudah tidak diharuskan lagi dalam keluarga.kalau jodoh yah jodoh,kalau tidak jodoh yah tidak apa-apa.Dikarenakan juga karna tradisi perjodohan tersebut hukumnya tidak mutlak dalam Suku Batak.

Tapi walaupun tradisi perjodohan dengan pariban ini sudah tidak terlalu diharuskan di dalam Suku Batak saat ini.Dalam Sejarah Kerajaan Suku Batak kata pariban ini selalu menjadi senjata ampuh bagi laki-laki untuk mendekati wanita di awal pertemuan,yaitu disaat perkenalan.Seperti yang kita ketahui Suku Batak tidak lepas dari marga.Jadi setiap perkenalan cowok batak dengan cewek batak,selain menyebutkan nama selalu menyebutkan marga apa dan boru apa.
Apalagi dikalangan anak perantau kata pariban ini kerap menjadi alasan bagi para cowok maupun cewek untuk bisa lebih saling dekat ( walaupun tidak semuanya seperti itu,alias sebagian ) satu sama lain.Dan bahkan karna kuatnya kata pariban ini sebagai senjata mendekati lawan jenis.Kadang para cowok yang dari perkenalan awal sebenarnya bukan pariban tapi jadi di buat ajalah pariban,biar jadi dekat dan makin besar kode kecocokan hahahaha.
Contoh percakapannya bagini
  • Cowok ; Hai,, dek
  • Cewek ; Ya.. bang
  • Cowok ; Boru apa dek
  • Cewek ; Boru Hite bg
  • Cowok ; Babababa,,,,,hmmm
  • Cewek ; Kenapa bang,abang marga apa
  • Cowok ; Pariban ternyata ( padahal bukan ),marga Purba abang dek.hadeewhhh pantasan kayak adem kurasa liat adek dari tadi
  • Cewek ; Hehehehe,,ahhh masa bg,emang mamak abang boru apa
  • Cowok ; Hahahaha iaaa dek,makanya lah.udah bisa lah kita ye kan ye kan ye kan.hahaha
  • Cewek ; Ahhhh abang bisa aja,ehehehehe
  • Cowok ; Eeeehh ngak percayaan adek.Jadi kekmana lah,, ( dan seterusnya )

Nah,,,padahal kalo dari sebenarnya bisa aja mereka bukan berpariban,tapi karna sudah kebiasan cowok untuk mendekati seorang cewek dengan menggunakan cara seperti itu.karna dengan cara seperti itu biasanya pendekatan sama cewek lebih cepat prosesnya atau bisa lebih cepat cocok dan nyambung pembahasan atau jadi banyak ketawa dan kompak.

Demikan artikel ini kami buat sedikit penjelasan tentang pariban.Dan semoga bermanfaat dan dapat dipahami dan juga sedikit menghibur.

Salam HORAS..

MAULIATE



Monday, June 12, 2017

Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya LaSalle College Jakarta


Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya  LaSalle College Jakarta

JIWA BATAK-Indonesia sangat dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman,termasuk salah satunya kebudayaan.Dan salah satu kebudayaan yang disorot saat ini  adalah Sumatra Utara`

Sumatra Utara memiliki salah satu kerajinan tangan yang sudah umum diketahui seluruh masyarakat Indonesia bahkan sampai keluar negeri,yaitu pembuatan kain Ulos.Inilah yang menjadi menginspirasi  di perayaan 20 tahun LaSalle College Jakarta dalam Jalinan Creative Show 2017.

Ulos Batak Menjadi Sorotan Dalam Jalinan 20 Tahun Berdirinya  LaSalle College Jakarta-Setelah beberapa daerah lain yang diangkat,seperti Bali,kali ini giliran Sumatra Utara yang mendapatkan sorotan dari LaSelle College Jakarta.Sebanyak 221 look ditampilkan dalam 5 segment,yaitu Valley of the Dools,Pilgrimege,Tranquility,Artisanal dan Synthesis.

Baca Juga ; Perempuan Berdarah Batak Berkarir Di Sepakbola Di Roma

Dalam Jalinan Creative Show 2017 ini juga sekaligus merayakan 20 tahun berdirinya LaSelle College Jakarta.Dalam acara LaSelle College Jakarta ini dikenal memeiliki 6 program yaitu;

  1. Fashion Design
  2. Fashion Business
  3. Interior Design
  4. Digital Media Design
  5. Photography
  6. Artistic Make Up
''LaSelle College Jakarta sangat dikenal dengan keenam departemennya.Jalinan ini berasal dari dari kata menjalin,walaupun berbeda departemen,berbeda program,tapi bagaimana caranya kami dari keenam program bisa bersama-sama menghasilkan mahasiswa,calon desainer muda yang terbaik'' pungkas Khaterine Suteja,Creative Direktor Jalinan.saat ditemui oleh tim warta ,Jumat (7/4/2017).


Kesempatan kali ini,LaSalle College Jakarta berhasil meluluskan 252 mahasiswa yang juga merupakan calon desainer muda,siap bersaing di kancah lokal,maupun internasional.Dan tidak berhenti disitu,20 mahasiswa juga mendapatkan penghargaan yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu;

  1. Best Student
  2. Best Portofolio
  3. Favorite Student
 Baca Juga ; Kesamaan Suku Batak dan Suku Toraja

Dengan semakin meningkat Budaya Batak di kalangan masyarakat indonesia baik sampai keinternasional adalah suatu kebanggan Sumatra Utara,terutama suku Batak.Dengan semakin berkembangnya dunia gblobalisasi saat ini,semoga sumua masyarakat indonesi bisa berkembang lebih baik dan dan berprestasi.

Sunday, June 11, 2017

Sejarah Kerajaan Batak

Sejarah Kerajaan Batak

JIWA BATAK-Berdasarkan informasi data yang dapat kita kumpulkan, baik yang berasal dari cerita rakyat, maupun data kepustakaan, konon kabarnya; sekitar abad pertama Masehi, telah berdiri kerajaan Batak (Pa’ta), berkedudukan di Batahan (diperkirakan, di sekitar kota Natal sekarang).
Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh pantai barat Sumatera, yang pada zaman dahulu, disebut pulau Andalas, sampai ke pulau Jawa bagian barat yang dihuni oleh suku Badui.
Konon sebutan/istilah Badui, berasal dari bahasa Austronesia purba yang juga masih banyak dipergunakan oleh orang Batak sekarang, terdiri dari dua suku kata, Ba-niadui (Nun disana).
Pada masa itu, bangsa Batak, menganut suatu kepercayaan yaitu Agama Malim; pimpinannya disebut Raja Malim, dibantu oleh para Nabi  (Panurirang) dan para pengikutnya disebut Parmalim.
Berkaitan dengan pemerintahan, Raja Malim bertindak sebagai penasehat dan disebut Paniroi/Sitiroi. (Seorang ahli ilmu bumi dari Iskandariah, bernama Claudius Ptolomeus, menyebutnya Satyroy). Kepala pemerintahan yang disebut Sirajai jolma bertindak sebagai Pemangku adat/Penegak hukum. (Bandingkan : Executip)
Terbetik berita, bahwa pada masa jayanya kerajaan Batak dahulu itu, didirikanlah Kampus Perguruan tinggi Parmalim di Gunungtua, dimana masih terdapat sisa-sisa peninggalannya hingga sekarang, antara lain:
Candi Portibi, Biaro Bahal I, Bahal II, Bahal III, Sitopaon (Sitopayan), Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu.
Raja raja dari Sriwijaya yang muncul kemudian dan berkuasa di pantai timur pulau Sumatra, tidak pernah mengganggu keberadaan kerajaan Batak di bagian barat; kabarnya, karena mereka masih ada hubungan keluarga; sama sama keturunan keluarga Sailendra, yaitu keluarga yang datang dari pulau Sai lam=Sai lan=Ceylon.
*.Menurut Drs. Nalom Siahaan, dalam bukunya Adat Dalihan Natolu hal. 9, disebutkan, bahwa di Palembang, terdapat batu bertulis yang berjudul Marmangmang. Dalam buku Sejarah Indonesia, ada juga yang menceritakan tentang prasasti kedukan bukit, yang berisikan sumpah sarapah, terdiri dari empatbelas baris. Marmangmang dalam bahasa Batak adalah Martolon, yang berarti=Mengangkat sumpah. Patut dipertanyakan, apa hubungannya batu marmangmang  yang di Palembang itu dengan orang Batak ?
Di daerah Sumatra bagian selatan, terdapat banyak nama/ istilah yang punya kesamaan dengan bahasa Batak (Karakteristik Batak), antara lain:

  • Palembang  = Palumbang   = luaskan/kembangkan
  • Lampung     = Lampung(u) = (semakin kumpul/bersatu.
  • Rajabasa      = Raja nabasa  = Raja yang budiman.
  • To lang bawang (ejaan Cina)   = Tulang bao (ejaan  Batak),  berarti Paman dari istri.
  • Kubu               = Benteng pertahanan.
  • Dihubu           = Ditaklukkan / di rebut.
  • Sakai               = Sangkae baca: Sakkae)=1/4

Dan masih banyak lagi nama / istilah seperti itu, khususnya di daerah sekitar Danau Ranau dan Ogan Komering.

Baca juga ; Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang

Kedatangan berbagai etnis India ke pantai timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah jauh sekali sebelum Masehi, yaitu membawa agama Hindu dan terakhir kemudian juga agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. Prof. Coomalaswamy* menulis bahwa Sumatera yang mula-mula sekali dari sejak sebelum Masehi menerima pendatang Hindu-India. Mereka membawa aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Abad ke-V Masehi gelombang dari India Selatan membawa agama Budha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal aksara Melayu Kuno, Batak dan lain-lain.
Sejak abad ke-3 M, transportasi perdagangan di kepulauan Nusantara berada di tangan orang Cola. Pusat di Tamilakam, diambil alih oleh orang Pallava yang kemudian pula ditaklukkan oleh Cola kembali diabad ke-9 M. Juga pada tahun 717 M pendeta Tamil Wajabodhi membawa aliran Tantrisme Mahayana Budha ke MALAYU seperti terdapat di candi di Padang Lawas dan patung Adytiawarman di Pagarruyung. Kesemuanya bersamaan dengan membawa juga pengaruh atas perdagangan dan adat-budaya kepada masyarakat di pantai Barat Sumatera Utara dan mereka membawa aksara PALLAWA.
Menurut Tome Pires (1515 M) Raja Pasai dan sebagian penduduknya berasal dari India Islam dari Bengal. Banyak Pedagang Gujarat, Kling dan Bengal di sini.
Di Barus, tepat nya di Lobu Tua (bekas pelabuhan internasional di masa kejayaannya) letak nya di pantai barat Propinsi Sumatera Utara telah ditemukan Batu Bersurat, tetapi atas perintah pembesar Belanda kepada Raja Barus Sutan Mara Pangkat sebahagian telah dihancurkan. Adapun sisa-sisa dari pecahan batu prasasti itu ada disimpan di seksi arkeologi Museum Pusat Jakarta, dan inskripsinya sudah diterjemahkan oleh PROF. DR. K. A. NILAKANTA SASTRI dari Univ. Madras ditahun 1931, yang menurut beliau prasasti itu dibuat ditahun Saka 1010 (=1088 M.). Itu masa pemerintahan RAJA COLA, Kerajaan yang diperintah oleh KULOTUNGGADEWA-I yang menguasai wilayah Tamil di India Selatan.
Kalau kita baca “HIKAYAT MELAYU” karangan Bendahara Melaka TUN SRI LANANG (abad ke-16 M), itu memang cocok dengan apa yang tertulis di prasasti TANJORE (1030 Saka), ketika Raja RAJENDRA COLA DEWA-I pada tahun 1025 M menyerang Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di Sumatera Utara dan Malaya (Pannai, Lamuri Aceh).
Dari Prasasti Lobu Tua itu dapat  kita ketahui bagaimana eratnya hubungan perdagangan dan budaya “benua” India dengan Sumatera. Prasasti Lobu Tua itu berisi tentang aktivitas perdagangan kumpulan konglomerat Tamil yang dikenal dengan nama “MUPAKAT DEWAN 1500”. Anggotanya terdiri dari berbagai sekte Brahmana, Wisnu, Mulabhadra dan lain-lain. Keberbagai negara mereka pergi membawa barang dengan kapal mereka sendiri dan disitu mendirikan Loji (gudang yang berbenteng yang dijaga oleh prajurit mereka). Mereka tidak tunduk kepada sesuatu kerajaanpun tetapi disambut hangat oleh setiap negeri/yang dikunjungi mereka.
Selanjutnya menurut sejarah, pada tahun 1.000. Masehi, kerajaan Batak ini, pernah mengirimkan utusan ke negeri Cina, untuk memperkenalkan hasil bumi. Berita ini, tertulis didalam buku Ling Wei Taita, disusun oleh Chou Ku Fei pada zaman dinasti Ming. Mendengar berita pegiriman utusan dagang ini, raja Negeri Cola dari India selatan menjadi tersinggung, karena antara negeri Batak dan Negeri Cola sebelumnya telah lama menjalin hubungan dagang.
Pada tahun 1024, Raja Rajendra Cola Dewa (1012–1044 ) dari negeri Cola menyerbu negeri Batak berbarengan dengan penyerbuan Kerajaan Sriwijaya, dan pada tahun 1029, setelah berperang selama lima tahun, negeri Batak dapat ditaklukkan. Raja negeri Batak ditangkap, tetapi tidak dibunuh; negeri itu ditinggalkan begitu saja tanpa pemerintahan.

Berikut Sejarah Pembagian Kerajaan Suku Batak


Kerajaan Batak, Barus
Kemudian setelah jatuhnya kerajaan Batak tua (Batahan), yaitu sekitar tahun 1030, berbareng dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru pecahan dari kerajaan Batak Tua dahulu, Raja Malim (Pimpinan agama Malim) dari Gunungtua, menobatkan menantunya menjadi raja, “sirajai jolma” (Kepala Pemerintahan), berkedudukan di Barus.
Untuk menunjukkan bahwa dialah yang mulamula/pertama menjadi raja di kerajaan Batak Barus, maka dinamakanlah dia Raja Mula. Raja Mula digantikan oleh anaknya, yaitu Raja Donia, kemudian Raja Donia digantikan oleh anaknya yaitu Raja Sorimangaraja Batak I(Sorimangaraja = Sri Maharaja). Sepeninggal Sorimangaraja Batak I, naik tahtalah anaknya yang kedua bernama Nasiak dibanua; kemudian, raja Nasiakdibanua digantikan oleh anaknya, bergelar Sorimangaraja Batak II.
Dari permulaannya sudah demikian, raja-raja Batak Barus selalu mengambil isteri dari keluarga Raja Malim ; kebiasaan ini dipandang perlu dipertahankan, demi menjaga keserasian pemerintahan (Konstelasi politik); Sorimangaraja Batak II pun, memperisterikan putri Raja Malim juga, yang melahirkan lima orang putra baginya; Putra sulung bernama Siraja Bahar, kedua bernama Sinambeuk, ketiga si Pakpak, ke empat bernama Jonggolnitano dan yang kelima bernama Raja Mangisori yang juga disebut Nagaisori.
Dari kelima orang putra Sorimangaraja Batak II sebagai mana disebutkan diatas, hanya Sinambeuk yang mengambil isteri dari keluarga Raja Malim, yaitu saudara perempuan dari Raja Malim Mutiaraja. Dari perkawinannya itu, Sinambeuk memperoleh seorang putra yang dinamakan Si Raja Batak; dia inilah yang kelak dikemudian hari mendirikan perkampungan Sianjur mulamula di tanah Toba.
Pada masa pemerintahan Sorimangaraja Batak II, datanglah orang Melayu Pagarruyung menyerbu negeri Batak Barus; mereka dibantu oleh para saudagar Islam yang datang dari Gujarat, yang menelan banyak korban jiwa. Melihat situasi yang tidak menguntungkan itu, Sorimangaraja Batak II sudah dapat memperhitungkan, bahwa dia akan kalah perang, maka pada suatu kesempatan, dialihkannyalah kekuasaan pemerintahannya kepada Raja Malim Mutiaraja keponakannya itu (Paraman), dengan perjanjian, bahwa kelak dikemudian hari, kalau situasi sudah memungkinkan, kerajaan itu harus dikembalikan kepada ahli waris. Mereka mengikat perjanjian itu dengan suatu tanda barang pusaka, yang mereka namakan Tabutabu sitara pullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang,yang berarti: “Dari mana datangnya, harus kesitu juga kembalinya“.Sejak peristiwa pengalihan kekuasaan itu, Mutiaraja memegang dua tampuk kepemimpinan, yaitu: selaku pimpinan agama disebutRaja Malim dan selaku Kepala pemerintahan (Sirajai jolma), disebut Raja Uti.Pada awalnya, gelaran Kepala pemerintahan itu disebut Raja Unte (baca: Utte), hal ini berkaitan dengan kebiasaan Mutiaraja selaku pimpinan agama (Raja Malim), selalu mempergunakan Jeruk purut (Unte pangir) didalam upacara-upacara keagamaan. Disebut juga Mutiaraja itu dengan sebutan Raja Mangalambung yang arti harfiahnya, menyamping/dari samping, karena dia bukan dari ahli waris. Seirama dengan penggelaran itu, muncullah kebiasaan sesajenan yang membedakan pimpinan agama dengan Kepala pemerintahan; Jika seseorang ingin berhubungan dengan pimpinan agama (Raja Malim), maka sesajenannya adalah kambing warna putih (Hambing sibontar), tetapi jika ingin berhubungan dengan Kepala pemerintahan (Raja Uti), maka sesajenannya adalah kambing warna hitam (Hambing silintom).
Perkiraan Sorimangaraja Batak II tentang perang itu menunjukkan kebenarannya ; dia bersama anaknya Sinambeuk, mati terbunuh dalam perang.Pada zaman itu, sudah menjadi kebiasaan, bahwa semua keturunan raja yang kalah perang, harus dibunuh, agar tidak muncul kerajaan baru yang akan balas dendam; maka demi keselamatan, setelah Sorimangaraja Batak II mati terbunuh, dan para keluarga raja melarikan diri selagi ada kesempatan.
Konon kabarnya, setelah beberapa generasi kemudian, terbetiklah berita, bahwa:

  • Keturunan Si Raja Bahar telah bermukim di Desa Garo (Garo = Pisang) yang kemudian berubah sebutan menjadi Karo.
  • Keturunan Si Raja Batak, anak dari Sinambeuk, bermukim di Toba.
  • Keturunan Si Raja Pakpak, bermukim di Dairi (Dai Ri).
  • Keturunan Jonggol ni Tano yang memperanakkan Raja Pandudu dan Raja Mante (Mantela), bermukim di Aceh Pidie (Perlu diteliti lagi, apakah Pidie, berasal dari kata Pudi ? ).
  • Keturunan Raja Mangisori (Nagaisori), bermukim di Daerah Singkil dan Tapak Tuan.

Keunikan Karakter Suku Batak-Selanjutnya, perkembangan agama Islam di Barus sangatlah pesatnya, terlebih lagi setelah penguasa Barus masuk memeluk agama itu. Orang Batak yang pertama masuk agama Islam di Barus adalah seorang guru pencak silat, bernama Guru Marnangkok; dan banyaklah orang Batak masuk memeluk agama Islam di Barus. Tak lama setelah penaklukan negeri Barus, bersepakatlah penguasa negeri itu dengan para saudagar Islam, untuk mendirikan negeri baru berbasis Islam yang mereka namakan Negeri Fansur, orang Batak meyebutnya Pansur.

Kerajaan Batak, Pea Langge.
Sejak   zaman   dahulukala,   Raja  Malim  selaku  pimpinan agama Malim, selalu  dipilih  berdasarkan  rapat  kenabian,   bukan seperti kerajaan  yang menjadi warisan turun-temurun.  Dimasa tuanya Mutiaraja, dipilihlah penggantinya untuk memimpin agama dan pemerintahan, (Jabatan rangkap),   maka terpilihlah Raja Malim/Raja Uti II.
Pada  masa  jabatan  Raja  Malim / Raja  Uti   IV,  datanglah raja negeri   Fansur  dari  Barus   menyerbu  negeri  Batak  Pea Langge, terjadilah pertempuran, saling bunuh  membunuh.  Setelah Ompu Bada (Ompu Bada = Panglima Perang) yang memimpin pasukan Pea Langge mati terbunuh, maka, takluklah  negeri  itu.
Raja Malim/Raja Uti IV bersama  para   pengikut  setia nya,  menyingkir ke suatu pulau di lautan Hindia, disebelah barat Pea Langge.; sesuai dengan bentuk pulaunya, dinamakanlah pulau itu, Pulo Munsung Babi. (Sekarang ini didalam peta,  dinamakan Pulau Babi, masuk Kecamatan Pulau banyak).
Sejak  itu,   raja Malim /  Raja  Uti   IV  dengan   para peng gantinya Raja Malim/Raja  Uti  V, VI dan Raja Malim/Raja Uti VII, disebut oranglah dengan sebutan Raja dari Pulau Munsung Babi, akan tetapi, dikemudian hari,  demi  gampang nya diucapkan, disebut/disingkat oranglah dengan sebutan Raja Munsung Babi.

  • Nama Raja Uti II dan para  penggantinya, belum dapat diketahui.
  • Cerita rakyat di Toba tentang Raja Uti, disarikan tersendiri  dalam Bab V.  Sipahusorhusoron ni roha.

Kerajaan Sianjurmulamula.
Sebagaimana telah disampaikan diatas, bahwa sebelum Sorimangaraja Batak II mati terbunuh, dia sempat mengalihkan kekuasaannya kepada Raja Malim Mutiaraja.
Setelah kerajaan Batak Barus jatuh ketangan musuhnya, didalam situasi yang serba semraut, Mutiaraja menyuruh si Raja Batak keponakannya itu (Bere), agar melarikan diri kesuatu tempat yang ditunjukkannya; diberikannya seruas bambu yang berisikan dua gulungan surat (Dokumen), terdiri dari Pustaka Tombaga Holing yang berisikan ilmu kemiliteran dan Pustaka Surat Agong yang berisikan ilmu Tata Negara
Selanjutnya, berangkatlah si raja Batak menuju tempat yang dimaksudkan oleh Mutiaraja pamannya itu; susah payahnya diperjalanan naik gunung turun lembah, tidak dihitung-hitung lagi berapa hari sudah berlalu. Di suatu hari, dalam kondisi capek kelelahan, istirahatlah dia disuatu tempat, lalu duduk diatas sebongkah batu datar (batu ceper) yang dinamakannya batu peristirahatan (Batu Pangulonan), akan tetapi dikemudian hari, dinamakan oranglah itu Batu Hobol, ada juga yang menyebutnya Batu Hobon. Setelah tenaganya pulih kembali, dilanjutkanlah perjalanan; rasa capek dan terik matahari membuatnya kehausan, namun perjalanan harus juga diteruskan, berjalan dan berjalan, menahankan capek dan kehausan; tak disangka tak di nyana, ditemukannya sebuah umbul air, lalu minumlah dia melepas dahaga, maka dinamakannyalah umbul air itu Aek sipaulak hosa loja, yang berarti: umbul air pemulih tenaga.  Setelah minum sepuasnya, diteruskan lagi perjalanan, hingga pada waktu hari mulai senja, sampailah dia ditempat yang dituju, yaitu sebuah Gua batu yang dipesankan oleh pamannya Mutiaraja gelar Raja Malim/ Raja Uti I; kemudian, dinama kannyalah gua itu Liang Raja Uti. (Liang = Gua).
Demikianlah agaknya kebiasaan orang di zaman dahulu kala, kalau mau berdoa (Martonggo) kepada Tuhan sang pencipta, haruslah di puncak gunung, karena menurut pikirnya, lebih dekatlah dari sana berseru kepada sang pencipta Ompu Mulajadi nabolon, yang bermukim di benua atas, dilangit yang ketujuh, maka pada hari-hari berikutnya, si Raja Batak merencanakan naik ke puncak gunung yang ada dekat disana, untuk menyampaikan doa permohonannya. Pada hari yang ditentukan, diambilnya seekor ikan besar, yaitu Ihan Batak/Dengke layan (sejenis ikan Jurung), dimasaknya dan dibawa naik ke puncak untuk dipersembahkan sebagai sajian khusus, pengalas permohonan; kemudian, dinamakannyalah tempat itu Pusuk Buhit, yang berarti: puncak bukit.
Konon menurut berita, selang beberapa waktu setelah jatuhnya Barus, Mutiaraja gelar Raja Malim/Raja Uti I, diam-diam dalam rahasia, dia bersama puterinya, datang dari Barus ke Toba mencari si Raja Batak keponakanya itu; mereka berjumpa dan bermalam di Gua batu/Liang Raja Uti selama dua malam. Dalam pertemuannya itu, Mutiaraja gelar Raja Malim/Raja Uti I, mengamanahkan kepada Si Raja Batak untuk mempersiapkan berdirinya kembali kerajaan Batak.

Kerajaan Batak, Bakkara.
Sebelum   kita  cerita  tentang   kemunculan   kerajaan Batak di Bakkara, baiklah terlebih dahulu disampaikan,  bahwa berdasarkan informasi data yang dapat dikumpulkan,   Raja Manghuntal   lahir pada tahun 1520, dan dinobatkan menjadi Raja Sisingamangaraja I pada tahun 1550 oleh Raja Uti VII di Pulau Munsung Babi.
*. Dalam Sejarah umum, tercatat bahwa Portugis telah menaklukkan negeri Malaka pada tahun 1511, berarti, Raja Manghuntal (Sisingamangaraja I), belum lahir pada waktu itu.
Berdasarkan Silsilah yang sudah baku dikalangan orang Batak Toba, Raja Manghuntal adalah generasi yang ketujuh dari Si Raja Batak; jadi, kalau di hitung-hitung satu generasi adalah 25 (dua puluh lima ) tahun,  dalam arti sudah pantas punya anak, maka  Si Raja Batak  tentulah  sudah  lahir sekitar 175 tahun lebih dahulu dari Raja Manghuntal, yaitu sekitar tahun 1345; dan kalau benar Si Raja Batak itu berumur sembilan belas tahun pada waktu berangkat menyingkir dari Barus, maka Si Raja Batak,   mestinya sudah tiba di Toba, sekitar tahun 1364.

Baca Juga ; Tradisi Kematian Dalam Suku BATAK
Perjanjian Sorimangaraja Batak II dengan Raja Malim Mutiaraja yang ditandai dengan barang pusaka “Tabutabu sitarapullang,  ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang”, agaknya beredar juga secara rahasia dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi, diantara orang-orang tertentu dari kalangan keluarga Si Raja Batak di Toba. Sangkarsomalidang, anak sulung raja Isumbaon, pergi ke Barus dan bermukim disana sebagai mata-mata (Inteligen) melihat/menunggu kemungkinan pengembalian kekuasaan atas kerajaan Batak, akan tetapi, pada masa itu, situasinya belum memungkinkan; Sariburaja pun, pergi juga ke Barus dengan maksud yang sama, akan tetapi, situasinya serupa juga, belum memungkinkan.
Setelah beberapa generasi kemudian, sampailah berita kepada raja Manghuntal di Bakkara, bahwa Raja Malim/Raja Uti VII, ada bermukim di Pulau Munsung babi, maka disuatu waktu, berangkatlah raja Manghuntal kesana untuk membicarakan perjanjian yang dibuat oleh leluhurnya Sorimangaraja Batak II.  Sehubungan dengan niatan itu, Raja Malim /Raja Uti VII, terlebih dahulu meneliti kemampuan raja Manghuntal (semacam test uji coba termasuk kesaktian). Setelah di yakininya, bahwa raja Manghuntal memang mampu untuk maksud itu, maka sepakatlah Raja Malim/Raja Uti VII, mengembalikan kekuasaan atas kerajaan Batak kepada raja Manghuntal (ahli waris), sesuai dengan perjanjian Tabu tabu sitara pullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang.Didalam acara penobatannya, pihak Raja Uti disimbolkan, mulai dari Raja Uti I s/d Raja Uti VII, menyerahkan kembali kekuasaan atas kerajaan Batak sesuai perjanjian, dan sebagai tanda pengembalian, secara simbolik, diserahkanlah 7 (tujuh) macam barang pusaka, yaitu:

  1. Piso Solam Debata, tanda sitiop harajaon (Keris, tanda pemegang kekuasaan). Konon Piso Solam ini dibawa oleh Belanda dan sampai saat ini belum diketahui keberadaan nya, Kami memohon informasi kepada siapapun yang mengetahui keberadaan piso ini.
  2. Hujur siringis, siungkap mata mual (Tombak, pembuka mata air).
  3. Tumtuman sutora malam, Tali tali harajaon (Mahkota)
  4. Ulos Sandehuliman, siambat api (Kain/Ulos pemadam api permusuhan, bahwa tidak akan ada permusuhan antara Raja/Kepala pemerintahan dengan Raja Malim pimpinan agama).
  5. Lage silintong pinartaraoang omas, lapik panortoran ni Raja (Tikar permadani, alas tempat Raja menari).
  6. Tabu tabu sitarapullang, ia sian i dalanna ro, ingkon tusi do dalanna sumuang (perjanjian).
  7. Gajah sibontar, pangurupi di nadokdok (Gajah putih simbol tanggung   jawab).

Pada  Acara  pelantikannya, disebutlah  Raja Manghuntal  dengan gelaran Sisingamangaraja I (pemula Dinasti Sisingamangaraja); dan setelah pengembalian itu, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Raja Uti;   maka, dengan demikian, terwujudlah apa yang dicita-citakan/ direncanakan oleh Si Raja Batak  bersama Mutiaraja pamannya itu pada waktu kujungan dua harinya di Toba;  Kerajaan Batak berdiri kembali dibawah pemerintahan dinasti Sisingamangaraja, berkedudukan di  Bakkara.
Secara berturut-turut yang menjadi Raja Batak, Bakkara berikutnya

  1. Singamangaraja II, Ompu Raja Tinaruan
  2. Singamangaraja III, Raja Itubungna.
  3. Singamangaraja IV, Tuan Sorimangaraja.
  4. Singamangaraja V, Raja Pallongos.
  5. Singamangaraja VI, Raja Pangolbuk,
  6. Singamangaraja VII, Ompu Tuan Lumbut,
  7. Singamangaraja VIII, Ompu Sotaronggal
  8. Singamangaraja IX, Ompu Sohalompoan,
  9. Singamangaraja X, Ompu Tuan Na Bolon,
  10. Singamangaraja XI, Ompu Sohahuaon,
  11. Singamangaraja XII, Patuan Bosar (Ompu Pulo Batu)
Demikian artikel ini kami buat,semoga bisa bermafaat dan menambah wawasan bagi semua pembaca
Untuk saran yang baik kami bisa menerima untuk bisa memberikan info yang lebih baik tentang Suku Batak

Salam HORAS...

MAULIATE

Thursday, June 8, 2017

Tradisi Kematian Dan Penguburan Dalam Suku Batak


Tradisi Kematian Dan Penguburan Dalam Suku Batak

JIWA BATAK-Kematian. Satu kata yang identik dengan kesedihan dan air mata, serta biasanya dihindari manusia untuk diperbincangkan.  Namun, sebenarnya itulah yang ditunggu-tunggu manusia yang sadar bahwa tanpa kematian tidak ada proses pada kehidupan yang kekal dan abadi.
Pada masyarakat Batak, kematian identik dengan pesta dan suka cita. Ini sangatlah unik dan sangat khas. Ya, adat budaya kematian suku Batak memang beda dari kebanyakan suku yang ada di Indonesia.

Pada masyarakat Batak (Toba) dikenal 8 tingkat kematian. Dari yang terendah:

  1. Mate Tarposo (Mati dalam kandungan atau saat masih bayi).
  2. Mate Poso (Mati kanak-kanak dan sebelum kimpoi).
  3. Mate Pupur (Mati tua tanpa pernah kimpoi).
  4. Mate Punu (Mati sesudah kimpoi, tidak punya anak).
  5. Mate Mangkar (Mati setelah ada anak yang kimpoi, tetapi belum punya cucu).                                           
  6. Mate Sarimatua (Mati sudah punya cucu, tetapi masih ada anaknya yang belum kimpoi).
  7. Mate Saurmatua (Mati setelah semua anak kimpoi dan mempunyai cucu).
  8. Mate Mauli Bulung (Mati setelah cucunya sudah punya cucu lagi dan status sosialnya baik serta tak ada seorang pun dari keturunannya meninggal mendahuluinya).
Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak
 Mulai dari Mate Tarposo hingga Mate Punu dapat dikatakan tidak dilakukan acara adat yang berarti, karena hal itu dianggap belum lengkap kehidupan seseorang. Acara adat dilakukan dan akan semakin besar serta memakan waktu lama dimulai dari jenis Mate Mangkar hingga kepada Mate Mauli Bulung.
penghormatan terhadap seorang leluhur yang berada di alam baka dapat kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada.

Baca Juga ; Kesamaan Suku Batak Dan Suku Toraja

Bagi orang Batak (Toba), kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:

  1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung (Huta).
  2. Disebut “Tambak” berupa tanah yang ditinggikan di atas kuburan seorang yang mati dalam peringkat Sarimatua/Saurmatua. Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput manis, diletakkan secara terbalik, bertingkat tiga, lima, tujuh. Di atas tanah yang ditinggikan itu ditanam pohon Hariara/Beringin atau Bintatar sebagai pertanda. Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian, Tambak digunakan sebagai pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun di kampung asal (Bona Pasogit).
  3. Tugu sebagai monumen, pembangunannya berkembang secara besar-besaran setelah Tugu Raja Sisingamangaraja XII dibuat. Tugu biasanya dibangun untuk persatuan marga di bona pasogit (kampung asal) dan di dalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang.
Baca Juga ; Sejarah Batak Toba Keturunan Israel


Salam HORAS...

MAULIATE


Monday, June 5, 2017

Suku Batak Dan Suku Toraja Memiliki Kesamaan

JIWI BATAK-Indonesia terkenal dengan banyak suku dan beragam budaya,tapi kali ini kita akana memberikan informasi tentang dua suku di indonesia yang memiliki kesamaan.
Dari berbagai aspek masyarakat indonesia sering memaparkan bahwa Suku Batak dan Suku Toraja  memiliki beberapa kesamaan walaupun keberadaannya bebrbeda pulau.Dimana Suku Toraja berada di Sulawesi Selatan dan Suku Batak berada di Sumatra Utara.

Orang Batak berada di kawasan Sumatra,dan daerahan kediaman orang Batak terdiri dari beberapa daerah  yaitu Daratan Tinggi Karo,Langkat Hulu,Deli Hulu,Serdang Hulu,Simalungun,Toba,Mandailing,dan Tapanuli Tengah.Dan suku Batak suku batak lebih luas diketahui seluruh dunia dengan keberadaan Danau Toba yang tepatnya berada di Samosir.

Baca Juga ; Keunikan Karakter Suku Batak

Dan dilihat dari segi wilayah administraifnya,kediamann suku Batak di bagi menjadi beberapa kabupaten atau bagian dari wilayah Sumatra Utara yaitu;

  1. Kabupaten Karo
  2. Simalungun
  3. Dairi
  4. Tapanuli Utara
  5. Asahan
Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka,sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20 .Sebelum penjajahan Belanda  dan masa pengkristenan,suku Toraja yang tinggal di daerah dataran tinggi,dikenali berdasarkan desa mereka dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama.( hampir sama dengan suku batak yang memeiliki beberapa sub suku ).
Suku Toraja menetap di Sulawesi Selatan dengan berpopulasi sekitar 650.000 jiwa,dan 450.000 diantaranya masih tinggal di Tana Toraja.Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen,sementara sebagain menganut agama Islam dan kepercayaan aninisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolok.

Berikut Ini Beberapa Yang Menjadi Kesamaan Suku Batak Dan Toraja

1. Pakaian Adat : kemiripan untuk tutup kepala dan model pakaiannya
  • Baju Ulos Batak




  • Baju Pokko Toraja


2. Rumah Adat : masing-masing menonjol di bagian atap



3. Tarian Adat : Gerakan Tangan dan jumlah penari
    • Tor tor Batak


    • Rambu Solo Toraja

    4. Ukiran : Corak hitam dan merah sama-sama mendominasi juga bentuk hewan yang di                gambarkan
      • Naga Morsarang Batak


      • Neg Limbongan Toraja

      5. Patung : sama-sama menyimbolkan patung bagi yang telah meninggal
      • Sigale-gale Batak
      • Tau tau Toraja


      Adapun kemiripan Suku Batak dan Suku Toraja TAPI TIDAK Begitu identik Toraja 100%, tipe rumah adat suku Batak (khususnya Batak Toba) DENGAN tipe rumah adat. Keduanya sama-sama melambangkan keperkasaan Sepasang Tanduk Kerbau.
      Keduanya sama-sama menjadikan Binatang Kerbau sebagai Binatang yang paling Berharga dan pantas untuk review dijadikan hewan korban hearts Acara adat, pesta adat, Dan ritual Kematian. Akan tetapi ritual adat di Toraja LEBIH Kompleks dibandingkan DENGAN di tanah Batak Yang Sudah mengalami penyederhanaan pasca masuknya agama- agama modern.

      Beroperasi Langsung TIDAK terlihat hearts Catatan Sejarah tertulis maupun Berupa peninggalan arkeologis Mengenai Hubungan kekerabatan ANTARA Suku Batak DENGAN Suku Toraja. POSISI penyusutan dan kedua Suku Penyanyi Yang terletak PADA 2 buah PulauBesar Yang Sangat JAUH jaraknya MEMBUAT pesimis para Ahli Yang Mencoba meneliti Hubungan kedua Suku bangsa inisial.
      Aka tetapi hearts pengamatan Yang LEBIH serius para Ahli anthropogi and culture Saat inidapat Melihat hal ADA Cukup Banyak Persamaan Yang menunjukkan kemungkinan adanya Hubungan di masa yang Lalu.
      Beberapa Ahli Sejarah dan Pakar Kebudayaan Melayu Telah ada yang Mencoba menganalisa Dan menuliskan penelitiannya DENGAN Temuan Persamaan Kebudayaan Diantara kedua Suku inisial. Walaupun Belum bersifat final, TAPI Sudah can dijadikan dugaan pra KESIMPULAN Yang akan Menjadi dasar dasar objek Penelitian selanjutnya di masa yang akan Datang.
      KESIMPULAN Penelitian hearts Lingkup Yang LEBIH kemungkinan gede kekerabatan Suku Bangsa Batak DENGAN beberapa Suku Bangsa lainnya.
      kitd ATAU bangsa Batak Penyanyi Sering diklasifikasikan sebagai Bagian Dari Ras Proto Malayan Yang Hidup Damai bermukim di Perbatasan Burma / Myanmar DENGAN India RIBUAN Tahun Yang Lalu. Kemudian Akibat Perang berkepanjangan Dan pengusiran ras Oleh Arya dari yang beimigrasi Dari eropa Dan also Oleh bangsa Cina Dari Utara menyebabkan bangsa Proto Malayan Penyanyi akhirnya tersingkir Keluar Dari kampung halamannya.
      . Mereka bermigrasi Ke Selatan Dan Timur melewati darat, sungai, Dan also laut Beberapa community tersebut which are menyebar Ke different Wilayah Yang Cukup JAUH Dari Daerah asalnya Diduga nereka Inilah which are Menjadi cikal-bakal beberapa bangsa seperti berikut Penyanyi .:
      - Kelompok Suku Bangsa Karen di Myanmar,
      Suku Tayal di Taiwan, (Penduduk asli SEBELUM didominasi Oleh pendatang - bangsa Cina Dari Tiongkok)
      - Suku Batak di Sumatera,
      - Suku Ranau di Lampung,
      - Suku Toraja di Sulawesi Selatan,
      - Suku Bontoc dan Batac di Pelawan Philipina,
      - Suku Meo di Thailand Selatan,
      - Serta trio Suku Naga, Manipur, Dan Mizoram, yang masih tertinggal di Wilayah gatra India Bagian Timur.
      Untuk itu sampai saat ini masih dibutuhkan Penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai hal ini, untuk menetukan apakah sebenarnya suku batak Dan toraja ada hubungan yang lebih dekat dan lebih kuat satu sama lain.

      Salam HORAS..

      MAULIATE


      Saturday, June 3, 2017

      Keunikan Karakter Suku Batak

      JIWA BATAK-Masyarakat biasanya menyebutkan Orang batak itu suku batak,tapi orang batak menyebutnya secara kebiasaan dengan sebutan Bangso Batak.
      Penyebutan Bangso Batak pada orang Batak juga merupakan salah satu keunikan.Karena sebutan Bangso (dalam bahasa indonesia artinya Bangsa) hanya ditemukan pada suku Batak.


      Keunikan Karakter Suku Batak

       Berikut beberapa keunikan suku batak yang mungkin juga sering kalian temukan dikalangan suku batak


      1.Orang Batak Berdaya Juang Tinggi Dan Pantang Menyerah
       Orang Batak terutama kaum laki-laki,begitu lulusa dari SMA tidak banyak yang mau menjadi petani.Kebayakan mereka akan memilih untuk merantau ke daerah lain pergi untuk meninggalkan kampung halamannya.walaupun mereka tidak memiliki tempat yang pasti untuk dituju atau di temui,tetapi merasa selalu siap dan percaya diri untuk pergi merantau dengan mental kuat.Dengan harapan untuk bisa menjalani hidup yang lebih baik atau masa depa yang lebih baik.Makanya para perantau orang batak berprinsip dalam diri masing-masing " pantang pulang sebelum berhasil ".

      2.Orang Batak Memiliki Persaudaraan Yang kuat
       Suku Batak tidak lepas yang namanya dengan marga,yang menjadi sebagai garis keturunan bagi keluarga penerusnya.Bagi orang Batak laki-laki adalah pembawa garis keturunan keluarga kedepannya.Dan marga itu sebagai dasar untuk saling kenal satu sama lainnya baik laki-laki maupun wanita,atau yg biasanya orang batak sebut dengan martarombo.
      Makanya kemana pun orang batak merantau atau pun bepergian,sekalipun ke ujung dunia kalo sudah ketemu sesama orang batak pasti akan jadi kompak /akrab.Itu dikarekan mereka sudah saling mengenalkan satu sama lain.Dan yang paling buat mereka bisa lebih dekat adalah dari marga.Karna perkenalan dari marga kita bisa akan semakin dekat walaupun itu masih pertemuan pertama kali.

      3.Orang Batak Pantang Untuk Bercerai ( Pernikahan sekali seumur hidup )
       Orang Batak itu komitment tinggi dalam berkeluarga,pernikahan itu sekali seumur hidup tak dapat dipisahkan kecuali kematian.Karna bagi orang Batak pernikahan itu saklar dan amanah dari Tuhan yang harus di junjung tinggi dan juga sebagai tradisi dari adat Batak.Kita semua pasti tau dalam suatu hubungan keluarga pasti ada masanya saat buruk masalah yg datang.Tapi bagi norang batak mau masalah seperti apapun,itu bukan pemicu untuk perceraian.Selalu ada cara lain untuk mremperbaiki hubungan keluarga kedepannya.Baik itu secara kekeluargaan maupun secara adat .Bagi orang Batak perceraian itu sangat pantang dan munhkin kita bisa lihat sendiri perceraian itu jarang ditemukan di suku batak.
      Makanya orang Batak masuk kedalam kategori yang setia ( hehehe ).

      4.Orang Batak Pintar Dan Banyak Taktik
       Bila kita lihat di kehidupan sehari-hari dan di lingkungan masing-masing,baik teman ,organisasi dan juga pekerjaan.Kita pasti ada bertemu dengan orang batak didalamnya.Secara umum orang Batak itu orangnya yang selalu aktik dan tidak mau diam.Selalu punya pembahasan pembicaraan.Dan baiik juga dalam suatu permasalahan orang Batak itu selalu banyak ide untuk memmecahkan suatu masalah.

      5.Orang Batak Punya Sentuhan Midas
       Sentuhan midas itu bermakna mampu mengubah apapun yang biasa-biasa aja bahkan yang sudah dibuang orang sekalipun bisa jd berharga dan mahal dan bisa jadi emas.Beberapa orang Batak mempunyai sentuhan midas ini dalam ruang lingkup yang bersesuaian.



      Thursday, June 1, 2017

      Pentingnya Marga Bagi Suku Batak



      JIWA BATAK-Suku batak merupakan suku yang berasal dari Sumatra Utara yang di kenal dengan khas marga dri setiap nama.Dan suku batak selalu menjujung tinggi martabat marga.Dan mungkin dari masyarakat lain selalu bertanya-tanya seberapa pentingnya marga itu bagi suku batak.
      Nah disini akan kita akan kita jelaskan kenapa marga itu sangat penting bagi orang batak.

      1.Marga Adalah Identitas Pribadi Bagi Orang batak 
      Bagi orang batak,silsilah marga itu sebagai identitas pribadi yang harus di junjung tinggi.karna marga itu sebagai mahar yang sangat tinggi,sankin tingginya marga itu lebih besar maknanya dari pada sebuah nama.karna marga itu warisan atau latar dari keseluruhan keluarga atau keturunannya,sedangkan nama hanya bersifat sebagai pribadinya saja.

      2.Marga Mengandalkan Silsilah Keturunan
      Bagi orang batak marga itu menunjukkan dia berasal dari silsilah keturanan yang mana.atau untuk mengetahui alur atau urutan dari nenek moyangnya,atau yang biasa orang batak sebutkan tarombo.Dan bagi orang batak silsilah itu sangat penting untuk pergaulan,tutur dll.

      3.Marga Sebagai Bukti Penerus Keturunan
      Makna marga bagi orang batak itu dijadikan juga sebagai penerus keturunan.Dan marga yang meneruskan sampai ke keturunan adalah dari laki-laki,mungkin ada yang sam dengan suku suku lainnya yang ada di indonesia.Anak cowok batak itu sangat di utamakan karna dia akan meneruskan generasi keluarga kedepannya.Akan tetapi bukan berarti cewek di suku batak itu tidak di utamakan ya.tetap juga di utamakan cuman lebih di utamakan cowok aja,karna sebagai penerus keluarga itu.Dan cewek itu selalu dihargai dan dihormati ( wajib).

      Baca Juga ; Sejarah Suku Batak

      4.Dengan Mengenal Marga Orang Batak Bisa Jadi Akrab
      Melalui marga orang batak dapat menemukan keluarga atau saudara seketurunanya.bisa jadi lae/ito abang/kakak adek/adik dll lagi sapaan.
      Makanya orang batak itu baru ketemu atau baru kenal bisa langsung kompak,akur dan sangat dekat,itu karena mereka sudah saling  mengenalkan marga satu sama lain dan terus menjalin hubungan keluarga ataupun teman ( kalo sama orang batak martutur namaya).
      Makanya dari situ juga bisa menjelaskan makanya orang batak ngak takut meratau.karna kita bisa menemukan teman keluarga dimanapun dengan jalinan tutur marga.

      5.Dengan Mengenal Marga,Orang Batak Bisa Menentukan Jodoh
      Mungkin kalian sering denga cinta pada pandangan pertama.Tapi bagi orang batak istilah itu tidak bisa seterusnya bisa dipakai.karna bagi orang batak masalah jodoh itu atau pun gebetan itu bisa di bahas setelah tau marga satu sama lain,karna kalo tidak bisa bahaya ( alias bisa tarito dalam istilah orang batak).
      Suku batak itu bisa menentukan atau memilih jodoh/gebetan hayanya dengan marga yg lain atau tidak lebih jelasnya tidak satu marga,dan selain itu bisa memilih pariban.

      Baca Juga ; Bangso Batak Keturuna Israel Yang Hilang

      Nah,,itu lah sedikit penjelasan tentang seberapa pentingnya marga itu di suku adat batak.
      jadi kalo kalian punya teman orang batak tanyakan apa marganya.
      Dan buat keseluruhan suku batak jangan malu jadi orang batak.Jangan pernah menyembunyikan atau menutupi marrganya baik di umum masyrakat pekerjaan dan apalagi di media sosial.
      KITA HARUS BANGGA JADI ORANG BATAK
      Salam HORAS..!!!!!
      MAULIATE

      Tuesday, May 30, 2017

      Perempuan Berdarah Batak di AS Roma




      Perempuan Berdarah Batak di AS Roma

      JIWA BATAK - Radja Nainggolan bukanlah satu-satunya pesepakbola berdarah batak indonesia di AS Roma.Ada lagi Riana Nainggolan yang merupakan saudara kembarnya.

      Riana menandatangani kontrak do Olimpico pada musim panas 2014 atau enam bulan setelah Radja bergabung sebagai status sebagai pinjaman.

      Tidak seperti Radja yang menuembus team inti l Giallorossi secara reguler,Riana cuma berstatus sebagai pelapis.Dia masih kalah dari Vanessa Nagni,Claudia Palombi,dan Camilla Labate.

      Riana cuman diturunkan sebanyak empat kali pada seri A 2015-2016,tetapi mampu menyumbang satu gol.Adapun pada musim lalu,dia mencetak gol dari 16 partai liga.
      Meski tidak menjadi pilihan utama di level klub,pemain berusia 27 tahun ini mampu menarik poerhatian tim nasional wanita,Ives Serneels.

      "Kami sudah memantau performa Riana sejak lama.Kepindahan ke Roma merupakan tantangan yang dibutuhkan oleh dia," ucap Serneels seperti dilansir Sporza,2015.
      Riana pun masuk skuad timnas untuk tiga pertandingan Piala Siprus pada Maret 2015

      Pemanggilan Riana sekaligus melahirkan rekor tersendiri.Sebelumnya,tidak ada dua saudara kembar berbeda kelamin menembus tim nasional  Belgia.
      Riana turut berterimakasih kepada AS Roma ketika itu.Maklum,Roma merupakan klub luar negri  pertama untuk pemain berusia 27 tahun ini.
      "Berkat AS Roma,saya mengalami perkembangan pesat baik dari aspek teknik maupoun taktik," tutur Riana seperti dikutip situs resmi klub.


      Peran Orang Tuan Bagi RADJA & RIANA

      Riana dan Radja mendapatkan darah batak indonesia dari ayahnya,.Marianus Nainggolan.Namun,meeka sempat terpisah dari Marianus selama belasan tahun.
      Baru pada Desember 2017,mereka berkumpul kembali,sang ayah bertolak dari Bali ke Piacenza,domisili Radja ketika itu.
      "Kami tinggal di Belgia ketika masih berusia enam tahun.Ada perasaan kosong dan vakum selama belasan tahun,tetapi kembali terisi setelah tiga pekan bersama," ucap Radja kepada Eka Tanjung dari sepakbolanda.com

      Bagi Riana dan Radja,orang tuanya memiliki peran penting.Sang ayah kerep mengajak bermain sepak bola sejak mereka berusia empat tahun.Keduanya juga mendapat dorongan dari sang ibu,Lizi Bogaerd,saat ,Marinus tidak ada.
      Sayangnya,,,Lizi tidak bisa menyaksikan kesuksesan Riana dan Radja.Dia wafat karena kanker pada tahun 2010.
      "Sebelum menghembuskan nafas terakhir,ibu menitipkan agar saya menjaga adik saya dan semua keluarga.Dan saya tidak ingin mengecewakan ibu," tutur Radja.

      Friday, May 26, 2017

      Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang


      Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang



      JIWA BATAK-Bangsa Israel kuno terdiri dari 12 suku.Setelah raja Salomo wafat,negara Israel pecah menjadi dua bagian.
      Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea.
      Bagian utara terdiri dari 10 suku, disebut sebagai Kerajaan Israel.Dalam perjalanan sejarah, 10 suku tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka.
      Kerajaan utara Israel tidak lama bertahan sebagaisebuah negara dan hilang dari sejarah.
      Konon ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak.Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan.

      Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa Romawi.Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh dunia.

      Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke negerinya, dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga dengan mereka yang diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka pergi melanjutkan hidup.

      Dengan demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian kehilangan identitas mereka sebagai orang Israel.Ada sekelompok penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada umumnya.Perawakan mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun berkulit kuning dan bermata sipit.

      Mereka menyembah Allah yang bernama Yahwe.Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang hilang yang telah kawin campur dengan penduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi seperti penduduk asli.Saya percaya banyak diantara para pembaca yang mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang berkulit hitam.Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi.Fisik mereka persis seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam, bibirtebal, rambut keriting, dll.

      Mereka mengklaim diri mereka sebagai keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai Israel perantauan.
      Setelah memperoleh pengakuan sebagai keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh Pemerintah Israel.Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.

      Mereka seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan-perempuan lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia.Kita tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen yang paling tua didunia.Ingat sida-sida yang dibaptis oleh Filipus dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada penganut Yudaisme disana.
      Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan memelihara Tabut Perjanjian yang konon ada disana.
      Sejarah Bangsa Batak Toba Keturunan Israel Yang Hilang

      BANGSA BATAK TOBA, KETURUNAN ISRAEL YANG HILANG :

      Apakah ada diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan bahwa etnik Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel kuno yang hilang? Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba sendiri banyak yang tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian terhadap hal ini.

      Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi mengembara.Walaupun demikian orang Batak dikenali dengan
      sikap dan tindakannya yang khas, yaitu TERBUKA, KERAS dan APA-ADAnya.
      Hosea 19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG MURTAD), sebab mereka tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA diantara bangsa-bangsa.

      Mengapa di Sumatera, karena Sumatera adalah salah satu pulau di Hindia yang berdekatan dengan India. Sumatera juga merupakan salah satu pulau di Lautan Samudera Hindia.

      Baca juga ; Sejarah Suku Batak

      Bandingkan Yesaya 11:11: Pada waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk menebus sisa-sisa umatNya (Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di Asyur, dan di Mesir, di Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di Pulau-pulau di Laut.

      Seperti yang diungkapkan oleh seorang anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben, dan diperkuat oleh prof Ihromi,guru besar di UI (Universitas Indonesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan tradisi bangsa Israel kuno.Pendapat itu didasarkan atas alasan yang kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya diluar Alkitab.

      Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin bahwa Batak adalah keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk bangsanya, tapi karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat mana mereka bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti orang Melayu.Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Israel dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan data-data untuk pembuktian.
      Setelah merasa sudah cukup, dia mengajukannya ke pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM Yitzak Rabin.Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh kriteria.
      Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari hingga dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak sebagai orang Israel diperantauan dapat diberi.
      Konon kekurangan itu terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam ke perut bumi.

      Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan, Pemerintah Israel
      bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih lunak dan etnik Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari mereka.
      Setelah mendengar selentingan itu, kita semua benar-benar menaruh minat untuk menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat memberi bukti similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah buku yang prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman untuk mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah dan spiritual.

      Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:

      1). Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga)
      Semua orang Tapanuli, terutama laki-laki, dituntut harus mengetahui garis silsilahnya.Demikian pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak mengetahui garis keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap na lilu - tidak tahu asal-usul - yang merupakan cacat kepribadian yang besar.Bangsa Israel kuno juga memandang silsilah sebagai sesuatu yang sangat penting.
      Alkitab, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru sangat banyak memuat silsilah, terutama silsilah dari mereka yang menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus Kristus yang ditelusuri dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya (Maria).

      Catatan:
      MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal) .
      Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu.Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

      Catatan:
      Marga dalam kamus Inggris Hassan Shadily dan John Echols adalah CLAN, yakni Suku, Marga, dan KAUM.
      Dalam arti yang lain,
      Marga bias berarti Warga, dari bahasa India (Sansekerta, kemungkinannya) .
      Jadi, kalau ada orang Batak bermarga Hutabarat, berarti dia berasal dari KAUM HUTABARAT.
      Bandingkan dengan KAUM LEWI, KAUM YEHUDAH, KAUM SIMEON dan lain-lain.


      TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
      Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
      Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan sabutuha” (semarga) denganpanggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan panggilan “lae/tulang” .Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakahia harus memanggil “Namboru” (adik perempuan
      ayah/bibi), “Amangboru/Makela” ,(suami dari adik ayah/Om), “Bapatua/ Amanganggi/ Amanguda” (abang/adik ayah), “Ito/boto” (kakak/adik) ,


      2). Perkawinan yang ber-pariban :

      PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.
      Ada perkawinan antar sepupu yang diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi tidak sembarang hubungan sepupu.Hubungan sepupu yang diijinkan untuk suami-istri hanya satu bentuk, disebut marpariban.
      Cukup report menerangkan hal ini dalam bahasa Indonesia karena bahasa ini tidak cukup kaya mengakomodasi sebutan hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak.Yang menjadi pariban bagi laki-laki ialah boru ni tulang atau anak perempuan dari saudara laki-laki ibu.Sedangkan yang menjadi pariban bagi seorang gadis ialah anak ni namboru atau anak laki-laki dari saudara perempuan bapa.Hanya hubungan sepupu yang seperti itu yang boleh menjadi suami-isteri.Karena suku Batak penganut patriarch yang murni, ini adalahperkawinan ulang dari kedua belah pihak yang sebelumnya sudah terjalin dengan perkawinan.

      Mari kita bandingkan dengan Alkitab.
      Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya, anak perempuan Laban yaitu Lea dan Rahel.
      Laban adalah tulang dari Yakub (Saudara laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini sepanjang yang diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang sekarang memegang tradisi hubungan perkawinan seperti itu.

      3). Pola alam semesta :

      Orang Batak membagi tiga besar pola alam semesta, yaitu banua ginjang (alam sorgawi), banua tonga (alam dimensi kita), dan banua toru (alam maut).
      Bangsa Israel kuno juga membagi alam dengan pola yang sama.

      4). Kredibilitas :

      Sebelum terkontaminasi dengan racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang Batak, terutama orang tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa atau gajut), ataupun sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada pada dirinya sebagai surat jaminan hutang pada pihak yang mempiutangkan, ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji.
      Walaupun nilai ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari dengan merelealisasikan pembayaran hutang ataupun janjinya.
      Budaya Israel kuno juga demikian.
      Lihat saja Yehuda yang menitipkan tongkat kepada Tamar
      sebagai jaminan janji (Kej. 38).

      5). Hierarki dalam pertalian semarga :

      Dalam budaya Batak, jika seorang perempuan menjadi janda, maka laki-laki yang paling pantas untuk menikahinya ialah dari garis keturunan terdekat dari mendiang suaminya.
      Ini dimaksudkan agar keturunan perempuan tsb dari suami yang pertama tetap linear dengan garis keturunan dari suami yang kedua.
      Misalnya, seorang janda dari Simanjuntak sepatutnya menikah lagi adik laki -laki mendiang(bandingkan dengan Rut 1:11).

      Jika tidak ada adik laki-laki kandung, sebaiknya menikah dengansaudara sepupu pertama dari mendiang yang dalam garis silsilah tergolong adik.Jika tidak ada sepupu pertama, dicari lagi sepupu kedua.
      Demikian seterusnya urut-urutannya.Hal semacam ini diringkaskan dalam ungkapan orang Batak : “Mardakka do salohot, marnata do na sumolhot.Marbona do sakkalan, marnampuna do ugasan”.
      Dalam tradisi Israel kuno, kita dapat membaca kisah janda Rut danBoas.
      Boas masih satu marga dengan mendiang suami Rut, Kilyon.Boas ingin menikahi Rut, tapi ditinjau dari kedekatannya menurut garis silsilah, Boas bukan pihak yang paling berhak.
      Oleh sebab itu dia mengumpulkan semua kerabat yang paling dekat dari mendiang suami Rut, dan mengutarakan maksudnya. Dia akan mengurungkan niatnya jika ada salah satu diantara mereka yang mau menggunakan hak adat-nya, mulai dari pihak yang paling dekat hubungan keluarganya hingga yang
      paling jauh sebelum tiba pada urutan Boas sendiri.Ya, mardakka do salohot, marnata do na sumolhot.
      (Baca kitab Rut).

      6). Vulgarisme :

      Setiap orang dapat marah.Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda-beda pada tiap-tiap etnik.
      Orang Amerika terkenal dengan serapah:son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini.
      Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar,dll.
      Pada suku Batak makian seperti itu juga ada, tetapi ada satu yangspesifik.Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!”. Terjemahannya kira-kira begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!”.

      Robeknya daun atau patahnya ranting dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya.
      Orang-orang Israel kuno juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan didalamnya.
      Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya serapah Daud pada Nabal.
      (1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).

      7). Nuh dan bukit Ararat :

      Ada beberapa etnik didunia ini yang mempunyai kisah banjir besar yang mirip dengan air bah dijaman Nuh.
      Tiap etnik berbeda alur ceritanya tetapi polanya serupa. Etnik Tapanuli juga punya kisah tentang air bah, tentu saja formatnya berbeda dengan kisah Alkitab.
      Apabila orang-orang yang sudah uzur ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan menceritakan mitos turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang Batak diyakini mapultak sian bulu di puncak bukitPusuk Buhit.

      Pusuk Buhit adalah sebuah gunung tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara, dipinggiran danau Toba.
      Pusuk Buhit sendiri artinya adalah puncak gunung.Pusuk Buhit tidak ditumbuhi pohon, jelasnya tidak ada
      bambu disana.Yang ada hanya tumbuhan perdu, ilalang, dan rumput gunung.Bambu – dari mana kakek moyang keluar – menurut nalar mendarat di puncak gunung itu dan mereka keluar dari dalamnya
      setelah bambunya meledak hancur.Mengapa ada bambu pada puncak Pusuk Buhit yang tandus dan terjal? Tentu saja karena genangan air yang mengapungkannya, yang tak lain adalah banjir besar.Dapat dipahami mengapa jalan cerita menjadi seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk bangsanya, narasi jadi berbeda.Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk perahu bambu berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit Ararat berubah menjadi Pusuk Buhit.

      8). Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang) :

      Jika Pemerintah mengubah fungsi lahan pekuburan, wajar jika tulang-belulang para almarhum/ah dipindahkan oleh pihak keluarga yang terkait.Alasan ini sangat praktis.

      Bagi orang Tapanuli, penggalian tulang belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis silsilah dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum hingga sekarang. Sering alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka walaupun biayanya sangat mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar.
      Pada bangsa Israel kuno hal semacam adalah kebiasaan umum. Sejarah sekuler menuturkan bahwa tulang belulang Yusuf dibawa dari Mesir ketika bangsa ini keluar dari sana.Juga dalam kitab lain dalam Perjanjian Lama, sekelompok masyarakat berniat memindahkan tulang belulang dari satu pekuburan (walaupun kemudian dihalangi oleh seorang nabi).

      9). Peratap/Ratapan :

      Adalah wajar bagi jika satu keluarga menangis disekeliling anggota keluarga / kerabat yang meninggal dan terbujur kaku.Mereka menangisi si mati, dan seseorang meratapinya.Meratap berbeda dengan menangis.Meratap dalam bahasa Tapanuli disebut mangandung.Mangandung ialah menangis sambil melantunkan bait-bait syairkematian dan syair kesedihan hati.Karena sepenuhnya terikat dengan komponen syair-sayir maka mangandung ad 676 alah satu bentuk seni yang menuntut keahlian.Untuk memperoleh kepiawaian harus belajar.Bahasa yang digunakan sangat klasik, bukan bahasa sehari-hari. Setiap orang-tua yang pintar mangandung akan mendapat pujian dan sering diharapkan kehadirannya pada setiap ada kematian.Di desa-desa, terutama di daerah leluhur - Tapanuli - tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat. Masyarakat mendukung hal seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama tangisan sangat menyentuh kalbu.Tak jarang pihak keluarga dari si mati memberi pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar,sekedar menunjukkan rasa terima kasih.

      Peratap-peratap dari luar ini sebenarnya tidak menangisi kepergian si mati yang tidak dikenalnya itu.
      Alasannya untuk turut meratap adalah semata-mata mengeluarkan kesedihan akibat kematian keluarga dekatnya sendiri pada waktu yang lalu, dan juga yang lebih spesifik yaitu mengekspresikan seni mangandung itu.

      Ini sangat jelas dari ungkapan pertama sebelum melanjutkan andung-andungnya :,,Da disungguli ho ma sidangolonhi tu sibokka nahinan”Sibokka nahinan adalah anggota keluarga sipangandung yang sudahmeninggal sebelumnya.Selanjutnya dia akan lebih banyak berkisah tentang mendiang familinya itu.

      Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal, sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung.
      Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata ratapan, meratap, peratap.
      Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja Salomo, dalam praktek Israel
      kuno adalah syair-syair yang dilantunkan sambil mangandung, kendati bukan pada acara kematian.

      10). Hierarki pada tubuh :

      Dalam budaya Batak, kepala adalah anggota tubuh yang paling tinggi martabatnya.
      Menyentuh kepala seseorang dengan tidak disertai permintaan maaf yang sungguh-sungguh, bisa berakibat parah.Sebaliknya anggota tubuh yang paling rendah derajatnya ialah telapak kaki.
      Suatu penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini”, sambil mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru.
      Penghinaan seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah memuncak dan sudah siap berkelahi.Pada zaman dulu, dalam setiap pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk bersila.Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.

      11). Tangan kanan dan sisi kanan :

      Dalam budaya Tapanuli, sisi kanan dan tangan kanan berbeda tingkat kehormatannya dengan sisi kiri dan tangan kiri.Jangan sekali-kali berinteraksi dengan orang lain melalui tangan kiri jika tidak karena terpaksa.
      Itupun harus disertai ucapan maaf.Dalam Alkitab banyak tercatat aktivitas sisi `kanan’ yang melambangkan penghormatan atau kehormatan.

      Yusuf sang perdana menteri Mesir memprotes ayahnya Yakub yang menyilangkan tangannya ketika memberkati Manasye dan Efraim (baca Kejadian 48). Rasul Paulus dalam salah satu suratnya menyiratkan
      hierarki anggota tubuh ini.Juga baca Pengkhotbah 10:2, Mzm 16:8,Mat 25:33, 26:64 Mrk 14:62, Kis 7:55-56, 1Pet 3:22, dll.

      12). Anak sulung :

      Dalam hierarki keluarga, posisi tertinggi diantara seluruh keturunan bapak/ibu ialah anak sulung.
      Ia selalu dikedepankan dalam memecahkan berbagai masalah, juga sebagai panutan bagi semua adik-adiknya.Jika ayah (sudah) meninggal, maka anak sulung yang sudah dewasa akan mengganti posisi sang ayah dalam hal tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga seperti yang diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu martindi-tindi, alai sada do sitaon na dokdok.Sitaon na dokdok itu adalah si anak sulung.Tanggung jawab itulah yang membuat dia besar, memberi karisma dan wibawa.Karisma dan wibawa, itulah profil yang melekat pada anak sulung.

      Alkitab ditulis dengan bahasa manusia, bangsa Israel kuno. Deskripsi tentang anak sulung pada bangsa ini sama seperti yang ada pada suku Batak yang sekarang, sehingga the term of the firstborn (istilah anak sulung) banyak terdapat dalam kitab tersebut.
      (baca Kel 4:22, 34:20, 13:12 dan 15, Im 27:26, Bil 3:13, 8:17, Mzm 89:28, Yer 31:9, Hos 9:20, Rom 8:23, Luk 2:27, 11:16, 1Kor 15:20 dan 23, Kol 1:15 dan 18, Ibr 1:6, Yak 1:18, dll).

      13). Gender :

      Hingga sekarang posisi perempuan dalam hubungan dengan pencatatan silsilah selamanya tidak disertakan karena perempuan dianggap milik orang lain, menjadi paniaran ni marga yang berbeda.
      Hal yang sama terjadi pada bangsa Israel kuno ; bangsa ini tidak memasukkan anak perempuan dalam silsilah keluarga.
      Ada banyak silsilah dalam Alkitab, tetapi nama perempuan tidak terdapat didalamnya kecuali jika muncul sebagai yang sangat penting seperti Rut dan Maria (ibu Yesus).Kalaupun nama Dina disebut juga dalam Alkitab, itu bukan karena posisinya yang penting tetapi hanya sebagai pelengkap nama-nama keturunan Yakub yang kemudian menurunkan seluruh bangsa Israel.Dalam Tradisi Israel, anak perempuan tidak dihitung sebagai bangsa, tetapi anak laki-laki.

      13). Kemenyan BATAK TOBA :

      Ada cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara.
      Salah satu persembahan yang dibawa tiga majuz atau cendekiawan dari timur untuk bayi Yesus yang baru dilahirkan di
      Betlehem itu berasal dari Tanah Tapanuli.Persembahan itu berupa kemenyan, mendampingi dua persembahan lainnya, emas dan mur.Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem.Cerita itu semakin bergulir mengingat sebagian besar penduduk Tapanuli beragama Kristen dan Katolik yang erat dengan cerita kelahiran Yesus Kristus.Kebenarannya memang perlu diteliti, tetapi setidaknya dari cerita itu bisa terlihat bahwa sampai sekarang pun getah harum bernama kemenyan, yang dalam bahasa Batak disebut haminjon, itu begitu erat dengan kehidupan orang Tapanuli.Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara yang juga mantan Bupati Tapanuli Utara RE Nainggolan menjelaskan, kemenyan pernah sangat menyejahterakan masyarakat Tapanuli.

      Dan, getah harum itu ikut pula membesarkan namanya.
      “Nenek saya pedagang kemenyan,” tuturnya. Ia tahu persis, pada tahun 1936 neneknya sudah mempunyai mobil untuk mengangkut kemenyan dari Tapanuli ke Pelabuhan Sibolga.Saat itu harga satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas.Standar itu dipakai terus oleh petani dan pengepul di Tapanuli: Satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas.Satu kilogram kemenyan juga setara satu kaleng (16 kilogram) beras.Selain cerita tentang persembahan dari timur untuk Nabi Isa itu, tak banyak orang tahu sejarah kemenyan di Tapanuli.Kebanyakan warga menyebutkannya sebagai tanaman ajaib yang sudah ada ratusan tahun dan menghidupi masyarakat Tapanuli.

      14). Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari :

      Di dalam tradisi Parmalim - Agama Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi yang lahir selama tujuh hari harus di bawa ke Pancur untuk Permandian dan sekaligus pemberian nama.Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu diserahkan ke Imam Parmalim. Setelah itu diberi nama dengan diadakannya Pesta Martutu Aek.

      Memang tidak ada sunat, tetapi beberapa suku Israel seperti Bene Menashe di India dan Suku Chiang Min pun melakukan hal yang sama.Karena apa? Karena mereka sudah melalui generasi ke generasi,
      asimilasi, masuknya unsur-unsur lokal dan sebagainya, seperti nama-nama dewa-dewi sesembahan lokal dimana mereka tinggal. Seperti itulah, tetapi identitas keaslian mereka sebagai keturunan Israel masih kelihatan.Seperti budaya, adat, Agama -Kepercayaan
      Monotheisme (meskipun masuknya paham lokal setempat), dan beberapa kebiasaan yang berbeda dengan suku - suku yang lainnya.

      15). Monoteisme Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim :

      Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim, Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim, kaum minoritas yang tegar mempertahankan nilai leluhur batak.Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-
      kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim.Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru.Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih.Parmalim merupakan agama monotheis asli Bangso Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun Batak.TUHAN menurut Hamalimon –Parmalim – Ugamo MalimUgamo malim menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar,).Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidakbermula dan tidak berujung.
      Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada.Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung.Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan.Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya.Dia adalah kuasa yang menghukum dan kuasamengampuni.Kuasa kasih dan kuasa murka.Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.

      Dalam Injil Perjanjian Lama, menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli.Perkiraan itu punya jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme.
      Misalnya Ugamo Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim, pen).

      Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Nestorian dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600an Masehi dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.

      Tambahan: Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9,diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau.Emas itu didapatkan dari negeri Ophir.Kitab Al-Qur’an, Surat Al- Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
      Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

      Secara “teologis” bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Pencipta langit dan bumi).Ini hal yang luar biasa uniknya.
      Tidak ada analisis yang dapat menerangkan itu jika tidak menghubungkannya dengan faham monoteisme Yudaisme bangsa Israel kuno yang terbawa melekat hingga sekarang, tidak lekang oleh kikisan kurun waktu ribuan tahun.

      Dalam melaksanakan ibadah, Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang “Parmalim” wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa).

       Ke-7 aturan tersebut adalah :

      1. Martutuaek (kelahiran)

      2. Pasahat Tondi (kematian)

      3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)

      4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)

      5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)

      6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)

      7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)

      Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang “Parmalim” harus menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya.Diluar hal tersebut, seorang “Parmalim” juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta darah.Manusia yang mematuhi dan mengikuti ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.
      -Kata bijak Ugamo Malim Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.
      Menurut beberapa pandangan ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi.
      Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta.

      Dan secara ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur.Bahkan, ajaran Parmalim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian,” jelasnya kemudian menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari kata “malim”.
      Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan bumi).
      “Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang mengutamakan kesucian dalam hidupnya,” jelas Marnangkok. Yang kami puja tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan”begu” (roh jahat),” katanya.
      “Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap Parmalim.
      ” Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi.
      Raja Nasiak Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak.Nasiak Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita.Ia bukan raja yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.

      Dengan demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata.Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen dan Islam masuk ke daerah itu.Hidup dalam kepasrahan.
      Barangkali itu jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan: “Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata pangalahon ta.”(Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).

      Catatan: Sisingamangaraja, adalah Singa yang merajai.Para Datu atau Tua-Tua Batak Toba, menjuluki Singa bagi Hukum dan Singa bagi para raja.Padahal Singa tidak ada di Tapanuli, yang ada hanyalah
      Harimau.Kalau dilihat dari makna simbolis alkitab, hanya Suku Yehuda yang dijuluki Singa Yehudah.
      Seperti apa yang kemudian dijelaskan Marnangkok, Pemimpin Parmalim, ” Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?” Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan. Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan.
      Tapi, harapan itu bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon.Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup suci.Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, “Berilah kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami.” Mereka yakin Debata hanya akan memberkati orang yang menangis.
      Nah, dalam kepasrahan yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga mereka menyerahkan hidupnya pada “kemaliman” (kesucian).“Parmalim adalah mereka yang menangis dan meratap,” katanya.Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan.
      Selain mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap Sabtu.Dalam menjelang hari Sabtu, pengikut Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun.Atau melakukan ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.Marnakkok Naipospos, pemimpin Parmalim mengatakan: “Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak.Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya.Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung.Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu.”Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian bayi yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan Hatutubu ni Tuhan.

      Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap dipertahankan diantaranya adalah larangan untuk memakan daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen.Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata.Padahal dalam ajaran Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh.

      Inilah yang kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya.Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan
      Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli.Yang kedua diadakan secara besar-besaran pada acara ini para
      Parmalim menyembelih kurban kerbau atau lembu.“Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah memberikan kehidupan,” kata Marnangkok.

      Catatan: Dalam Kitab Paramalim, yakni Tumbang Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam dan Hawa termasuk taman eden dimana hawa digoda si ular.Hal itu dalam istilah bahasa Batak Toba.
      Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran usianya sudah ribuan tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak.Demikian pula dengan simbol dan pakaian kebesaran kerajaan
      Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya, tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan rempah-rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim –Hamlimon – Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.
      Bahkan, Istilah Anak Ni Raja, dalam bahasa BATAK, yang berarti Anak Raja mengacu kepada Si Raja Batak sebagai keturunan Raja Shalomo (Yang terkenal Kebijaksanannya atau Berhikmat), anak dari Raja Israel yang terkenal, Raja Daud (Terkenal Kepahlawanannya dan Ketakwaannya).Saya cukupkan saja dulu hingga disitu, karena terlalu letih untuk membeberkan semua, termasuk indikasi-indikasi lemah yang banyak jumlahnya.Jika data yang diatas itu saja dibawa kepada ahli statistik, yang tentu akan mempertimbangkan semua aspek-aspek lain yang terkait kedalamnya, simililaritasnya dengan tradisi bangsa Israel kuno dengan bukti autentik tertulis dalam Alkitab, informasi sejarah sekuler, tradisi Semitik yang ada hingga sekarang, serta kesamaan tradisi itu pada suku Batak setelah kurun waktu kurang lebih 3000 tahun, angka perbandingan untuk mengatakan bahwa suku Batak Toba bukan keturunan Israel mungkin 1 : 1,000,000 bahkan bisa jadi lebih.

      Tulisan ini tidak bermaksud menampilkan superioritas ras, suku atau bangsa atau budaya tertentu.
      Jika tulisan ini menimbulkan kesan seolah-olah menonjolkan superioritas suatu budaya tertentu, hal itu semata-mata terjadi karena topik yang berfokus pada peran suatu etnis atau Bangso Batak Toba.Keberadaan unsur asing dalam kebudayaan suatu bangsa adalah sebuah kewajaran.Penyerapan unsur asing ke dalam suatu budaya lokal tidak berarti menunjukkan inferioritas kebudayaan yang menyerapnya.

      Sejarah justru mencatat, kebesaran suatu kebudayaan berkorelasi positif dengan banyaknya unsur asing yang diserap dan dikembangkan oleh komunitas budaya bersangkutan.Sejarah juga mencatat interaksi suatu komunitas budaya dengan komunitas budaya lain, berjalan timbal balik, tidak pernah searah saja.
      Tulisan ini mestilah dipahami sebagai upaya menampilkan kemungkinan terjadinya pertukaran nilai budaya dalam rentang waktu beberapa abad antara Timur dengan Barat.Pada jaman Raja-raja Israel dan Yehudah, telah dilakukan kontak dengan Barus, Tapanuli dengan Israel, Mesir, Persia, Cina, India,Arab, Yunani dan Pakistan yang terjadi satu milenium sebelumnya,hubungan dagang tersebut sudah berlangsung beberapa abad (sebelum masehi).

      Salam HORAS....

      MAULIATE